6.05.2012

Kepemimpinan di Alam Terbuka


Kepemimpinan di Alam Terbuka

1.      Definisi
Kepemimpinan di alam terbuka merupakan kajian pembinaan perilaku kepemimpinan dan manajerial yang meliputi komponen-komponen mengenali diri sendiri, orang lain, kelompok, dan lingkungan melalui pengalaman di alam terbuka. Kajian yang demikian dianggap relevan, bukan saja karena alam semesta dengan berbagai peristiwa alam itu merupakan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga kepemimpinan dan manajemen yang efektif senantiasa berlandaskan prinsip-prinsip yang ilmiah yang bersifat universal. Kepemimpinan (leadership) pada hakikatnya adalah sikap, pikiran dan semangat kejiwaan (state of minds state of spirit) yang terpanggil untuk memimpin dengan segala macam ucapan, perbuatan dan prilaku hidup, untuk mendorong dan mengantarkan yang dipimpinya kearah bersama. Dengan demikian dimensi kepemimpinan encapuk aspek yang luas, sejak penampilan pribadi, hubungan antar pribadi, dan bidang hubungan dengan dalam organsasi.

2.      Potensi, Kepribadian, Sikap dan Perilaku diri Sendiri dan Orang Lain
Setiap manusia pada hakikatnya sama yaitu mahluk bumi yang mendapat anugrah lebih dari hewan dan mahluk lainnya. Kelebihan tersebut mencakup mental intelektual, spiritual, imajenasi, dan nurani yang membedakan yang salah dan benar. Bersamaan dengan siklus hidup manuis tingkatan kematangan seseorang akan semakin bertambah. Klasifikasi tingkat kematangan seseorang terbagi menjadi tiga bagian yaitu tingkat kematangan rendah, sedang, dan tinggi.  Untuk mencapai tingkat kematangan seseorang maka seseorang harus mampu mengetahui potensi diri masing-masing.
Potensi diri pada dasarnya dibedakan menjadi empat katagori yaitu potensi fisik badaniah, mental spiritual, mental intelektual dan sosial emosial. Keempat komponen dasar ini perlu untuk dipelihara dan ditingkatkan (diasah) terus menrus agar kinerjanya tetap prima seperti yang diharapkan oleh pemiliknya.  Potensi fisik seseorang perlu dipelihara secara efektif. Pemeliharaan ini mencakup makanan yang tepat, mendapat istirahat dan relaksasi yang memadai dan berollah raga secara teratur. Potensi mental intelektual (olah pikir) harus dikembangkan oleh setiap manusia. Untuk mengembangkan potensi mental intelektual ini dapat ditempuh dengan pendidikan yang berkesinambunga, pengasahan, dan perluasan pikiran. Selain itu setiap diri dapat mengasah kemampuan dengan melakukan dialog dengan orang lain, serta menulis juga merupakan hal yang mudah untuk dilakukan dalam memenuhi kebutuhan  pengembangan mental intelektual.
Potensi mental spiritual (olah spiritual) merupakan titik sentral pribadinya. Mental spiritual terbentuk  dari komitmen ndividual terhadap system  nilainya. Dimensi ini merupakan sumber spiritual yang mengangkat semangat seseorang dan mengikatnya pada kebenaran tanpa waktu. Potensi social emosional (olah rasa) merupakan potensi seseorang yang terkait dengan kepemimpinan, komunikasi empatik dan kerjasama kreatif antar pribadi yang dapat berkembang. Pegembangan potensi emosional social dapat dilakukan dengan melalui praktek dalam interaksi antar pribadi sehari-hari. Dalam interaksi yang demikian potensi social emosional akan meningkat apabila didasarkan pada prinsip dan nilai yang benar.
Kepribadian seseorang didefinisikan sebagai perankat karakteristik yang relative mantap, kecenderunga, dan perangai yang sebagian besar dibentuk oleh factor keturunan dan factor social, kebudayaan dan lingkungan. Kepribadian adalah bagian yang nampak dari karakterseseorang. Potensi manusiawi fisik, mental intelektual, mental spiritual dan social emosional seseorng akan hidup pada dipensi kehidupan yang fleksibel dan luas. Potensi tersebut dihadapkan pada prinsip-prisip dan  kenyataan yang ilmiah dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Hasilnya manusia memiliki karakter/kepribadian tertentu yang berbeda dengan manusia yang lain.
Sikap diri dan orang akan berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Sikap diri seseorang tergatung pada komitmen seseorang terhadap perangkat nilai-nilai yang dijadikan pedoman dalam hidupnya, mendasari rasionalitas pribadinya untuk memiliki sikap-sikap tertentu terhadap sesuatu. (Stimulance). Kenyataan menunjukan bahwa sikap merupakan faktor penentu prilaku, karena sikap terkait dengan persepsi seseorang tentang segala sesuatu, kepribadian dan motivasinya.

3.      Pemberdayaan Potensi Diri dan Orang Lain
Potensi diri merupakan daya, baik berupa kelemahan maupu kekuatan yang ada pada diri setiap orang. Potensi ini sangat diperlukan dalam rangka menjalankan aktivitas kerja. Karenannya, pemberdayaan potensi diri tersebut mutlak diperlukan untuk dapat mewujudkan tujuan-tujuan organisasi yang secara efektif dan efisien. Kajian potensi diri dan orang lain mendasari upaya-upaya pemberdayaan dan proses interaksi yang sinergis. Karenanya sangat relevan dalam upaya peningkatan pemberdayaan potensi diri dan orang lain untuk mewujudkan kepemimpinan yang efektif.
Pemberdayaan potensi diri sendiri menentukan peningkatan kinerja yang terus menerus dan berkesinambungan. Potensi kinerja diri yang perlu diberdayakan tersebut, baik potensi pribadi sebagai mahluk individu maupun pribadi sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk individual manusia perlu menunjukan keberadaannya. Untuk itu, potensi diri sendiri harus diberdayakan secara optimal agar keberadaan aku akan sama-sama diuntungkan. Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara memberdayakan potensi diri sendiri tersebut. Untuk mampu menjawab petanyaan tersebut diperlukan pengetahuan mengenai potensi diri yang dimilikinya, baik merupakan kelemahan maupun kekuatanya.
Selain memanfaat potensi diri sendiri, dalam kehidupan bermasyarat individu dapat memanfaatkan potensi orang lain, terlebih dalam memenuhi kebutuhan hidup. Mengenal potensi orang lain merupakan merupakan langkah awal dari pemanfaatan dan pemberdayaan potensi guna mewujudkan tujuant-tujuan kelompok maupun organisasi. Pemanfaatan potensi orang lain dimaksudkan untuk mengembangkan sinergi, sedangkan pemberdyaan potensi orang lain untuk dapat mewujudkan tujuan-tujuan bersama seseuai dengan perkembangan jaman. Sedangkan pemberdayaan potensi orang lain digunakan untuk dapat mewujudkan tujuan-tujuan bersama sesuai dengan perkembangan jaman.

4.      Perilaku Kepemimpinan dan Manajerial Dalam Kelompok
Kajian sikap dan prilaku khusunya kepemimpinan dan manajerial dalam kelompok, sangat relevan dalam mengubah (change) dari sikap dan prilaku yang tidak dan belum efektif menjadi efektif.  Prilaku kepemimpinan dan manajerial yang efektif dari aparatur pemerintah merupakan tuntutan reformasi untuk mewujudkan pelayanan dan pemberdayaan berbagai sumber daya pembanguan dengan berhasil dan berdaya guna.
Kempemimpinan pada dasarnya merupakan kemampuan seseorang untuk membujuk (inducing) orang-orang lain guna mengambil langkah dalam mewujudkan visi dan misi organisasi. Sebagai arsitek masa depa seseorang memimpin menentukan arah , masa depan yang ingin diwujudkan (visi) sebagai pembeharu (agent of change), juru bicara dan pemberdaya seta pemberi semangat bagi pihak-pihak yang dipimpinnya. 

0 komentar: