Kepemimpinan di Alam Terbuka
1.
Definisi
Kepemimpinan
di alam terbuka merupakan kajian pembinaan perilaku kepemimpinan dan manajerial
yang meliputi komponen-komponen mengenali diri sendiri, orang lain, kelompok,
dan lingkungan melalui pengalaman di alam terbuka. Kajian yang demikian
dianggap relevan, bukan saja karena alam semesta dengan berbagai peristiwa alam
itu merupakan sumber ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga kepemimpinan
dan manajemen yang efektif senantiasa berlandaskan prinsip-prinsip yang ilmiah
yang bersifat universal. Kepemimpinan
(leadership) pada hakikatnya adalah sikap, pikiran dan semangat kejiwaan (state of minds state of spirit) yang
terpanggil untuk memimpin dengan segala macam ucapan, perbuatan dan prilaku hidup,
untuk mendorong dan mengantarkan yang dipimpinya kearah bersama. Dengan
demikian dimensi kepemimpinan encapuk aspek yang luas, sejak penampilan
pribadi, hubungan antar pribadi, dan bidang hubungan dengan dalam organsasi.
2.
Potensi,
Kepribadian, Sikap dan Perilaku diri Sendiri dan Orang Lain
Setiap manusia
pada hakikatnya sama yaitu mahluk bumi yang mendapat anugrah lebih dari hewan
dan mahluk lainnya. Kelebihan tersebut mencakup mental intelektual, spiritual,
imajenasi, dan nurani yang membedakan yang salah dan benar. Bersamaan dengan
siklus hidup manuis tingkatan kematangan seseorang akan semakin bertambah.
Klasifikasi tingkat kematangan seseorang terbagi menjadi tiga bagian yaitu
tingkat kematangan rendah, sedang, dan tinggi. Untuk
mencapai tingkat kematangan seseorang maka seseorang harus mampu mengetahui
potensi diri masing-masing.
Potensi diri pada dasarnya dibedakan menjadi empat
katagori yaitu potensi fisik badaniah, mental spiritual, mental intelektual dan
sosial emosial. Keempat komponen dasar ini perlu untuk dipelihara dan
ditingkatkan (diasah) terus menrus agar kinerjanya tetap prima seperti yang
diharapkan oleh pemiliknya. Potensi
fisik seseorang perlu dipelihara secara efektif. Pemeliharaan ini mencakup
makanan yang tepat, mendapat istirahat dan relaksasi yang memadai dan berollah
raga secara teratur. Potensi mental intelektual (olah pikir) harus dikembangkan
oleh setiap manusia. Untuk mengembangkan potensi mental intelektual ini dapat
ditempuh dengan pendidikan yang berkesinambunga, pengasahan, dan perluasan pikiran.
Selain itu setiap diri dapat mengasah kemampuan dengan melakukan dialog dengan
orang lain, serta menulis juga merupakan hal yang mudah untuk dilakukan dalam
memenuhi kebutuhan pengembangan mental
intelektual.
Potensi mental
spiritual (olah spiritual) merupakan titik sentral pribadinya. Mental spiritual
terbentuk dari komitmen ndividual
terhadap system nilainya. Dimensi ini
merupakan sumber spiritual yang mengangkat semangat seseorang dan mengikatnya
pada kebenaran tanpa waktu. Potensi social emosional (olah rasa) merupakan
potensi seseorang yang terkait dengan kepemimpinan, komunikasi empatik dan
kerjasama kreatif antar pribadi yang dapat berkembang. Pegembangan potensi
emosional social dapat dilakukan dengan melalui praktek dalam interaksi antar pribadi
sehari-hari. Dalam interaksi yang demikian potensi social emosional akan
meningkat apabila didasarkan pada prinsip dan nilai yang benar.
Kepribadian
seseorang didefinisikan sebagai perankat karakteristik yang relative mantap,
kecenderunga, dan perangai yang sebagian besar dibentuk oleh factor keturunan
dan factor social, kebudayaan dan lingkungan. Kepribadian adalah bagian yang
nampak dari karakterseseorang. Potensi manusiawi fisik, mental intelektual,
mental spiritual dan social emosional seseorng akan hidup pada dipensi
kehidupan yang fleksibel dan luas. Potensi tersebut dihadapkan pada
prinsip-prisip dan kenyataan yang ilmiah
dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Hasilnya manusia memiliki
karakter/kepribadian tertentu yang berbeda dengan manusia yang lain.
Sikap diri dan orang akan berbeda-beda satu dengan
yang lainnya. Sikap diri seseorang tergatung pada komitmen seseorang terhadap
perangkat nilai-nilai yang dijadikan pedoman dalam hidupnya, mendasari
rasionalitas pribadinya untuk memiliki sikap-sikap tertentu terhadap sesuatu. (Stimulance). Kenyataan menunjukan bahwa
sikap merupakan faktor penentu prilaku, karena sikap terkait dengan persepsi
seseorang tentang segala sesuatu, kepribadian dan motivasinya.
3. Pemberdayaan Potensi Diri dan Orang Lain
Potensi diri merupakan daya, baik berupa kelemahan
maupu kekuatan yang ada pada diri setiap orang. Potensi ini sangat diperlukan
dalam rangka menjalankan aktivitas kerja. Karenannya, pemberdayaan potensi diri
tersebut mutlak diperlukan untuk dapat mewujudkan tujuan-tujuan organisasi yang
secara efektif dan efisien. Kajian potensi diri dan orang lain mendasari
upaya-upaya pemberdayaan dan proses interaksi yang sinergis. Karenanya sangat
relevan dalam upaya peningkatan pemberdayaan potensi diri dan orang lain untuk
mewujudkan kepemimpinan yang efektif.
Pemberdayaan potensi diri sendiri menentukan
peningkatan kinerja yang terus menerus dan berkesinambungan. Potensi kinerja
diri yang perlu diberdayakan tersebut, baik potensi pribadi sebagai mahluk individu
maupun pribadi sebagai mahluk sosial. Sebagai mahluk individual manusia perlu
menunjukan keberadaannya. Untuk itu, potensi diri sendiri harus diberdayakan
secara optimal agar keberadaan aku akan sama-sama diuntungkan. Yang
menjadi pertanyaan adalah bagaimana cara memberdayakan potensi diri sendiri
tersebut. Untuk mampu menjawab petanyaan tersebut diperlukan pengetahuan
mengenai potensi diri yang dimilikinya, baik merupakan kelemahan maupun
kekuatanya.
Selain
memanfaat potensi diri sendiri, dalam kehidupan bermasyarat individu dapat
memanfaatkan potensi orang lain, terlebih dalam memenuhi kebutuhan hidup. Mengenal
potensi orang lain merupakan merupakan langkah awal dari pemanfaatan dan
pemberdayaan potensi guna mewujudkan tujuant-tujuan kelompok maupun organisasi.
Pemanfaatan potensi orang lain dimaksudkan untuk mengembangkan sinergi,
sedangkan pemberdyaan potensi orang lain untuk dapat mewujudkan tujuan-tujuan
bersama seseuai dengan perkembangan jaman. Sedangkan pemberdayaan potensi orang
lain digunakan untuk dapat mewujudkan tujuan-tujuan bersama sesuai dengan
perkembangan jaman.
4. Perilaku Kepemimpinan dan Manajerial Dalam Kelompok
Kajian sikap dan prilaku khusunya kepemimpinan dan
manajerial dalam kelompok, sangat relevan dalam mengubah (change) dari sikap dan
prilaku yang tidak dan belum efektif menjadi efektif. Prilaku kepemimpinan dan manajerial yang
efektif dari aparatur pemerintah merupakan tuntutan reformasi untuk mewujudkan
pelayanan dan pemberdayaan berbagai sumber daya pembanguan dengan berhasil dan
berdaya guna.
Kempemimpinan pada dasarnya merupakan kemampuan
seseorang untuk membujuk (inducing)
orang-orang lain guna mengambil langkah dalam mewujudkan visi dan misi
organisasi. Sebagai arsitek masa depa seseorang memimpin menentukan arah , masa
depan yang ingin diwujudkan (visi) sebagai pembeharu (agent of change), juru bicara dan pemberdaya seta pemberi semangat
bagi pihak-pihak yang dipimpinnya.
0 komentar:
Posting Komentar