6.12.2012

Kewajiban Kontijensi


Kewajiban kontijensi adalah kewajiban yang tergantung pada terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih kewajian masa depan untuk meneguhkan jumlah hutangnya, pihak yang dibayarkan, tanggal pembayaran, atau keberadaannya. Kontijensi didefinisikan sebagai kondisi situasi atau serangkaian situasi yang ada melibatkan ketidakpastian mengenai keuntungan (kontijensi keuntungan) atau kerugian (kontijensi kerugian) bagi perusahaan yang akhirnya akan diselesaikan apabila satu atau lebih kejadian masa depan terjadi atau tidak terjadi. Kewajiban yang terjadi sebagai akibat dari kerugian disebut kerugian kontijensi. Standar mengidentifikasikan bahwa kejadian kontijensi terbagi menjadi tiga yaitu kejadian kontijensi dengan kemungkinan besar, kejadian kontijensi dengan cukup mungkin, dan kejadian kontijensi dengan kemungkinan kecil.  Suatu kontijensi kerugian harus diakrualkan dengan pembebanan ke beban (pengeluaran) dan suatu kewajiban akan dicatat hanya jika dua kondisi ini memenuhi. Kondisi yang pertama adalah informasi yang tersedia sebelum penerbitan laporan keuangan menunjukan bahwa kemungkian besar suatu kewajiab telah terjadi pada tanggal laporan keuangan. Kondisi yang kedua adalah jumlah kerugian yang diestimasi dengan layak. Siapa yang sebenarnya harus dibayar atau tanggal pembayaran yang tepat tidak perlu diketahui untuk mencatat suatu kewajiban. Apa yang harus diketahui adalah apakah ada kemungkian besar bahwa suatu kewajiban telah terjadi. Konsep dan prosedur akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos kontijensi relatif masih baru dan belum terselesaikan. Para akuntan yang berpraktek mengungkapkan keprihatinan atas keberagaman yang terjadi atas penafsiran reasonable, reasonably possible, dan remote. Praktek saat ini sangat mengandalkan bahasa eksak yang digunakan sebagai tanggapan yang diterima dari para ahli hukum, akibatnya akrual dan pengungkapan kontijensi sangat berbeda-beda dalam praktek.
a.      Perkara pengadilan, tuntutan dan pengenaan
Faktor-faktor berikut ini yang harus dipertimbangkan dalam menentukan apakah suatu kewajiban harus dicatat berkenaan dengan perkara pengadilan yang ditunda atau mengancam dan tuntutan atau pengenaan yang sebenarnya atau yang mungkin adalah sebagai berikut:
a)      Periode waktu  dimana terjadi penyebab dasar dari tindakan
b)      Kemungkinan  dari suatu hasil yang tidak menguntungkan
c)      Kemampuan untuk membuat taksiran yang layak atas jumlah kerugian
Untuk melaporkan kerugian dan kewajiban dalam laporan keuangan, penyebab perkara pengadilan harus terjadi pada atau sebelum tanggal laporan keuangan. Tidak menjadi masalah apakah perusahaan tidak sadar akan adanya atau kemungkinan adanya tuntutan hukum atau klaim sesudah tanggal pelaporan keuangan tetapi sebelum laporan tersebut diterbitkan. Untuk perkara atau gugutan yang ditunda jarang diramalkan dengan suatu kepastian. Dan sekalipun bukti yang tersedia pada tanggal neraca tidak menguntungkan tergugat, hampir tidak layak untuk mengharapkan perusahaan mempublikasikan dalam laporan keuangan estimasi dir jumlah uang dari kemungkinan hasil negatif.
Berkenaan dengan gugatan yang belum diajukan dan klaim dan pengenaan yang belum dinyatakan, perusahaan harus menentukan tingkat probabilitasnya bahwa gugtan tersebut akan diajukan atau pengenaan yang diteguhkan dan probabilitas dari hasil yang menguntungkan.

b.      Pengungkapan kontijensi kerugian
Untuk melaporkan kerugian dan kewajiban dalam laporan keuangan perusahaan perusahan dapat membebankan kedalam beban dan hutang perusahaan. Kontijensi yang melibatkan tuntutan atau pengenaan yag belum dinyatakan tidak perlu diungkapkan apabila tidak ada penuntut yang datang kecuali jika dianggap memiliki kemungkinan yang besar ahwa suatu tuntutan akan dinyatakan dan terdapat cukup kemungkinan bahwa hasilnya akan dapat menguntungkan. Kewajiban lain yang harus diungkapkan sekalipun memiliki kerugian yang kecil adalah sebagai berikut:
1.      Jaminan atas hutang pihak lain
2.      Kewajiban bank komersial menurut standby letters of credit
3.      Jaminan untuk membeli kembali piutang (atau kekayaan lain yang berkaitan) yang telah dijual atau digadaikan.

c.       Biaya garansi dan jaminan
Jaminan/Garansi Produk (warranty or product guarantee) adalah suatu janji yang dibuat oleh penjual kepada pembeli untuk meperbaiki kekurangan dalam kuantitas, kualitas, atau kerja suatu produk. Garansi ini biasanya digunaka oleh perusahaan sebagai teknik promosi penjualan. Jaminan dan garansi adakalanya diiringi dengan biaya dimasa yang akan datang atau biasa disebut biaya purna jual. Walaupun jumlah, dan waktu kejadian yang tidak menentu dimasa yang akan datang, perusahaan mungkin ataupun harus mengestimasikan dengan layak atas perkiraan tersebut. Jumlah kewajiban merupakan taksiran dari semua biaya yang akan dikeluarkan sesudah penjualan, sesudah penyerahan dan sejumlah biaya yang terjadi untuk mengoreksi kerusakan atau kecacatan barang yang disyaratkan menurut ketentuan jaminan. Terdapat dua pendekatan dalam mencatat kerugian kotijenji dari suatu produk yang berupa jamian yaitu metode kas dan metode akrual.
Dasar Kas pengakuan metode ini mensyaratkan bahwa biaya jaminan dibebankan pda saat terjadinya suatu transaksi. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa jaminan diakui pada saat penjual menempati jaji kepada konsumen atas perjanjian yang dilaksanakan. Metode ini merupakan metode yang diakui dalam perpajakan perusahaan. Seringkali dibenarkan untuk akuntansi atas dasar kecepatan pemprosesan bila jaminan jumlahnya tidak material dan waktu jaminan relatif pendek. Metode dasar kas disyaratkan bila kewajiban tidak diakrualkan dalam tahun berjalan karena tidak mungkin kewajiban tersebut terjadi dan jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diperkirakan dengan layak.
Dasar Akrual dapat digunakan apabila pelanggan akan mengajukan tuntutan berdasarkan jaminan berkenaan dengan produk atau jasa yang telah dijual dan taksiran yang layak atas biaya yang terlibat didalamnya.Menurut metode akrual, biaya jaminan dibebankan dalam biaya operasi pada tahun berjalan. Metode akrual merupakan metode yang diterima secara umum. Penggunaan metode akrual dikalsifikasikan lagi menjadi dua pendekatan yaitu metode beban dan metode penjualan. Apabila perusahaan tidak memisahkan antara produk dengan jaminan maka perusahaan dapat menggunakan metode beban. Namun apabla perusahaan memisahkan harga antara harga jual dan jaminan maka pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan penjualan.
Apabila jaminan merupakan bagian yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan dari penjualan dan dipandang sebagai kerugian kontijensi maka metode yang digunakan adalah metode beban sebagai berikut:
Kas                                                                        Rp xxx,-
      Penjualan                                                                      Rp xxx,-
(Jurnal untuk mencatat penjualan barang dengan kewajiban jaminan yang diakui)

Beban Jaminan                                                       Rp xxx,-
      Kas                                                                              Rp xxx,-
(Jurnal untuk mencatat pembayaran jaminan oleh perusahaan)

Beban Jaminan                                                       Rp xxx,-
      Kewajiban Kontijensi atas Jaminan                               Rp xxx,-
(Jurnal untuk mencatat kewajiban kontijensi atas jaminan oleh perusahaan)
  
Metode kedua yang digunakan dalam mencatat jaminan adalah pendekatan penjualan. Pendekatan ini dicirikan dengan pemisahan antara jaminan dengan harga penjualan yang dilakukan oleh perusahaan. Adapun jurnal adalah sebagai berikut:
Kas                                                                        Rp xxx,-
      Penjualan                                                                      Rp xxx,-
      Pendapatan Jaminan yang belum dihasilakan                  Rp xxx,-
(Jurnal untuk mencatat kewajiban kontijensi atas jaminan oleh perusahaan)

Pendapatan jaminan yang belum dihasilkan  Rp xxx,-
      Pendapatan Jaminan                                                     Rp xxx,-
(Jurnal untuk mencatat kewajiban kontijensi atas jaminan oleh perusahaan)

*) Tulisan tersebut merupakan hasil Resume Buku Akuntansi Intermediate, Kieso and Weagant, 1995, Bhinarupa Akhsara.
    Dirangkum Oleh Sandhi Idhar Rosydi

5 komentar:

Start Kampus mengatakan...

Apa contoh-contoh dari kewajiban kontinjensi?

Unknown mengatakan...

Contohnya adalah garansi. Kenapa garansi karena berpatokan pada kontinjensi yang merupakan ketidak pastian perusahaan atas kewajiban yang akan terjadi ataupun tidak terjadi. Misalnya saja garansi handpone. Ketika dalam satu tahun handpone rusak dan mendapatkan garansi, maka kewajiban untuk membiayai atau pengeluaran kas terjadi.

Unknown mengatakan...

Apa arti pernyataan tidak besar dan tidak kecil dalam penyajian utang kontijensi di laporan keuangan?

Unknown mengatakan...

Apa tiga kategori yang digunakan untuk mengklasifikasikan suatu kewajiban kontigensi??

Unknown mengatakan...

Kenapa perusahaan lebih suka tidak mengungkapkan kewajiban kontijennya?