5.30.2012

Penyusutan Aset Tetap *)



Praktisi akuntansi telah menyepakati bahwa setiap aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan setelah beberapa periode yang dilewati akan mengalami penurunan kualitasnya dan pada akhirnya akan menjadi barang rongsokan. Oleh karena itu perusahaan mengalokasikan biaya yang telah dikelurkan pada masing-masing periode. Oleh karena itu kita mengenal istilah penyusutan (depreciation), deplesi (depletion), amortisasi (amortitation). Penyusutan (depreciation) merupakan istilah yang sering digunakan untuk menunjukan penurunan potensi jasa dari aset berwujud. Deplesi (depletion) merupakan istilah penurunan aset berasal dari sumber-sumber alami. Sedangkan amortisasi (amortitation) merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukan penurunan nilai pada aset yang tidak berwujud.
1.      Penyusutan (Depreciation)
A.     Dasar penyusutan
Dasar penyusutan merupakan nilai dari aset tetap yang dialokasikan pada beberapa perode akuntansi. Dasar penyusutan ini dihitung berdasarkan harga perolehan yang dikurangi dengan nilai sisa. Nilai sisa (Salvage Value) adalah taksiran jumlah yang akan diterima pada saat aset tersebut dijual atau ditarik penggunaannya.

B.     Taksiran umur pelayanan
Akuntansi berusahan untuk menjadikan suatu realitas ekonomi menjadi bagian dari penyusun laporan keuangan, dalam kaitan hal ini adalah umur dari aset tetap. Pada dasarnya aset tetap memiliki umur yang diperkirakan yaitu umur pelayanan dari aset, akan tetapi perlu diketahui bahwa umur pelayanan dari aset ini berbeda dengan umur fisiknya. Bisa jadi umur fisik aset lebih lama dari pada umur pelayanannya atau sebaliknya.
Penggunaan aset sesuai dengan kapasitas yang dimiliki aset tersebut, apabila umur pelayanannya telah habis tetapi aset itu masih diperlukan maka aset tersebut masih digunakan. Namun kadang kalanya aset tersebut belum habis umur pelayanannya tetapi sudah ditarik dari perusahaan. Terdapat dua alasan dalam menarik aset yaitu karena faktor fisik dan ekonomi. Faktor fisik didefinisikan sebagai keausan, dekomposisi, dan bencana yang menjadikan aset tersebut tidak dapat berprestasi secara tidak terbatas. Faktor-faktor fisik ini menentukan batas luar untuk umur kegunaan dari aset. Sedangkan faktor ekonomi adalah menyangkut keusangan dari aset tersebut. Terdapat beberapa alasan aset tetap tersebut mengalami keusangan hal ini dikarenakan aset tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan karena terdapat aset tetap baru dengan teknologi yang lebih memadai.

C.     Metode pengalokasian biaya
a.      Metode aktivitas (unit penggunaan atau produksi)
Metode aktivitas (sering kali disebut pendekatan beban variabel) mengasumsikan bahwa penyusutan merupakan fungsi dari penggunaan dari penggunaan atau produktifitas dan bukan dari berlalunya waktu. Umur ari aset tetap tersebut diperhitungkan berdasarkan satuan keluaran (output) yang diberikan (unit-unit yang diproduksi) atau memasukan (input) seperti jumlah jam yang dikerjakan. Secara konseptual asosiai biaya yang tepat ditentukan dalam satuan keluaran dan bukan jam yang digunakan, tetapi sering kali keluaran tidak mudah diukur.  Alam konteks yang demikian ukuran masukan seperti jam mesin merupakan metode yang lebih tepat untuk mengukur jumlah mata uang dari biaya penyusutan untuk suatu periode akuntansi tertentu. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung biaya penyusutan adalah sebagai berikut:
(Harga Pokok – nilai sisa) x Jumlah Jam Tahun Ini
Taksiran total jam
            Kendala utama dari metode ini adalah hal tersebut tidak teapt dalam situasi dimana penyusutan merupakan fungsi dari waktu, bukan aktivitas. Seperti bangunan lebih pada penggunaan watu dari pada aktivitas yang digunakan oleh perusahaan. Selain itu kelemahan dari sistem ini adalah apabila aset tersebut memiliki faktor-faktor ekonomi  atau fungsional yang tidak tergantung pada penggunaannya, apabila telah usang maka akan kehilangan banyak hal yang signifikan.

b.      Metode garis lurus (Straight-line method)
Metode garis lurus memperhatikan dan memertimbangkan bahwa penyusutan sebagai fungsi waktu bukan sebagai fungsi pelayanan. Metode ini digunakan secara luas dalam praktek karena kesederhanaannya. Prosedur garis lurus secara konseptual juga paling tepat. Apabila keusangan terhadap aset menjadi masalah, maka tidak akan menjadi masalah yang signifikan karena kegunaannya konstan dari waktu ke waktu.  Adapun perhitungan dari biaya penyusutan aset tetap menggunakan metode garis lurus adalah sebagai berikut:
(Harga pokok Aset – Nilai Sisa)
Taksiran Umur Kegunaan
Keberadaan masalah utama dalam perhitungan  metode garis lurus adalah bahwa keberadaan metode garis lurus berdasarkan metode yang tidak realistik yaitu manfaat ekonomi dari suatu aset tidak sama setiap tahunnya, yang kedua beban reparasi dan pemeliharaan paa dasarnya tidak sama setiap tahunnya.

c.       Metode beban menurun
Metode beban menurun (penyusutan dipercepat)  memberikan beban penyusutan yang lebih tinggi dalam tahun-tahun awal dan beban yang lebih rendah dari tahun-tahun setelahnya.  Alasan utama menggunakan metode ini adalah pada awal-awal tahun ini aset mengalami kehilangan pelayanan yang besar. Alasan yang kedua biaya reparasi dan pemeliharaan yang dimiliki aset semakin tahun semakin tinggi, dengan biaya penyusutan yang semakin menurun maka biaya konstan yang ditimbulkan oleh aset. Untuk perhitungan metode beban menurun perusahaan biasanya menggunakan dua metode utama yaitu metode jumlah angka tahun dan saldo menurun.
a)      Metode Jumlah angka tahun
Metode jumlah angka tahun ini menghasilkan jumlah penyusutan yang terus menurun sepanjang tahun. Perhitungan didasarkan pada  pecahan menurun dari dasar penyusutan (biaya awal dikurangi nilai sisa)setiap pecahan menggunakan jumlah tahun sebagai penyebut dan jumlah taksiran umur kegunaan yang tersisa pada awal tahun sebagai pembilang.

b)      Metode Saldo menurun
Metode saldo menurun merupakan metode yang menggunakan tarif penyusutan kelipatan dari jumlah penyusutan dari garis lurus. Misal perusahaan menggunakan doubel declining methode dengan tarif dua kali garis lurus. Tarif penyusutan ditetapkan konstan  dapa nilai buku aset setiap tahun. Tidak seperti metode lainnya dalam metode saldo menurun nilai sisa tidak dikurangkan sebagai dasar perhitungan aset tetap, tetapi perhitungan dari penyusutan menggunakan nilai buku dari aktiva tersebut

D.    Pemilihan Metode Penyusutan
Pertanyaan dalam memilih metode penyusutan adalah metode mana yang laing cocok dengan perusahaan, metode yang mampu mencocokan pendapatan dan beban perusahaan. Banyak perusahaan memilih metode garis lurus untuk digunakan dalam menyusutkan aset tetap yang dimiliki perusahaan karena alasan kepraktisan. Banyak pilihan atau metode yang digunakan dalam menyusutkan aset tetap, namun yang perlu diperhatikan adalah konsistensi dalam penggunaan penyusutan pada aset tetap. Tidak diperkenankan penggunaan tarif penyusutan yang berubah-ubah yang mencerminkan ketidakkonsistenan perusahaan dalam melaksanakan kebijakan akuntansi. Selain masalah kebiasan dalam menyusutkan aset tetap perusahaan biasanya perusahaan menggunakan pertimbangan biaya penyusutan untuk keperluan perpajakan. Oleh karena itu perusahaan memilih menggunakan metode saldo menurun untuk kepentingan perpajakan.
Apabila perusahaan melaksanakan pembelian aset pada tangah periode aset maka perusahaan akan menghadapi permasalahan bagaimana menghitung nilai wajar aset tersebut. Untuk menghitung nilai wajar dari aset tersebut maka perusahaan harus menghitung jumlah penyusutan sampai pada periode pembelian aset tersebut, dan untuk setelahnya perusahaan dapat melakukan pembebanan biaya penyusutan sesuai dengan tarif yang telah ditentukan.

E.     Pengungkapan aset dan penyusutan
Dasar untuk penilaian dari aset tetap adalah harga perolehan dari aset itu sendiri. Untuk aset harus diungkapkan bersama dengan penggadaian, penjaminan dan komitment lain

*)Sandhi Idhar Rosydi, Dirangkum dari Buku Akuntansi Intermediate, 1995, Jakarta; Bhinarupa Aksara

0 komentar: