Praktisi
akuntansi telah menyepakati bahwa setiap aset tetap yang dimiliki oleh
perusahaan setelah beberapa periode yang dilewati akan mengalami penurunan
kualitasnya dan pada akhirnya akan menjadi barang rongsokan. Oleh karena itu
perusahaan mengalokasikan biaya yang telah dikelurkan pada masing-masing
periode. Oleh karena itu kita mengenal istilah penyusutan (depreciation), deplesi (depletion),
amortisasi (amortitation). Penyusutan
(depreciation) merupakan istilah yang
sering digunakan untuk menunjukan penurunan potensi jasa dari aset berwujud.
Deplesi (depletion) merupakan istilah
penurunan aset berasal dari sumber-sumber alami. Sedangkan amortisasi (amortitation) merupakan istilah yang
digunakan untuk menunjukan penurunan nilai pada aset yang tidak berwujud.
1.
Penyusutan (Depreciation)
A.
Dasar penyusutan
Dasar penyusutan merupakan nilai dari aset tetap yang dialokasikan pada
beberapa perode akuntansi. Dasar penyusutan ini dihitung berdasarkan harga
perolehan yang dikurangi dengan nilai sisa. Nilai sisa (Salvage Value) adalah taksiran jumlah yang akan diterima pada saat aset
tersebut dijual atau ditarik penggunaannya.
B.
Taksiran umur pelayanan
Akuntansi berusahan untuk menjadikan suatu realitas ekonomi menjadi bagian
dari penyusun laporan keuangan, dalam kaitan hal ini adalah umur dari aset
tetap. Pada dasarnya aset tetap memiliki umur yang diperkirakan yaitu umur
pelayanan dari aset, akan tetapi perlu diketahui bahwa umur pelayanan dari aset
ini berbeda dengan umur fisiknya. Bisa jadi umur fisik aset lebih lama dari
pada umur pelayanannya atau sebaliknya.
Penggunaan aset sesuai dengan kapasitas yang dimiliki aset tersebut,
apabila umur pelayanannya telah habis tetapi aset itu masih diperlukan maka
aset tersebut masih digunakan. Namun kadang kalanya aset tersebut belum habis
umur pelayanannya tetapi sudah ditarik dari perusahaan. Terdapat dua alasan
dalam menarik aset yaitu karena faktor fisik
dan ekonomi. Faktor fisik didefinisikan sebagai keausan, dekomposisi, dan
bencana yang menjadikan aset tersebut tidak dapat berprestasi secara tidak
terbatas. Faktor-faktor fisik ini menentukan batas luar untuk umur kegunaan
dari aset. Sedangkan faktor ekonomi adalah menyangkut keusangan dari aset tersebut. Terdapat beberapa alasan aset tetap
tersebut mengalami keusangan hal ini dikarenakan aset tersebut tidak sesuai
dengan kebutuhan perusahaan karena terdapat aset tetap baru dengan teknologi
yang lebih memadai.
C.
Metode pengalokasian biaya
a.
Metode aktivitas (unit penggunaan atau
produksi)
Metode aktivitas (sering kali disebut pendekatan beban variabel)
mengasumsikan bahwa penyusutan merupakan fungsi dari penggunaan dari penggunaan
atau produktifitas dan bukan dari berlalunya waktu. Umur ari aset tetap
tersebut diperhitungkan berdasarkan satuan keluaran (output) yang diberikan
(unit-unit yang diproduksi) atau memasukan (input) seperti jumlah jam yang
dikerjakan. Secara konseptual asosiai biaya yang tepat ditentukan dalam satuan
keluaran dan bukan jam yang digunakan, tetapi sering kali keluaran tidak mudah
diukur. Alam konteks yang demikian
ukuran masukan seperti jam mesin merupakan metode yang lebih tepat untuk
mengukur jumlah mata uang dari biaya penyusutan untuk suatu periode akuntansi
tertentu. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung biaya penyusutan adalah
sebagai berikut:
(Harga Pokok – nilai sisa) x Jumlah Jam Tahun Ini
Taksiran total jam
Kendala
utama dari metode ini adalah hal tersebut tidak teapt dalam situasi dimana
penyusutan merupakan fungsi dari waktu, bukan aktivitas. Seperti bangunan lebih
pada penggunaan watu dari pada aktivitas yang digunakan oleh perusahaan. Selain
itu kelemahan dari sistem ini adalah apabila aset tersebut memiliki
faktor-faktor ekonomi atau fungsional
yang tidak tergantung pada penggunaannya, apabila telah usang maka akan
kehilangan banyak hal yang signifikan.
b.
Metode garis lurus (Straight-line method)
Metode garis lurus memperhatikan dan memertimbangkan bahwa penyusutan
sebagai fungsi waktu bukan sebagai fungsi pelayanan. Metode ini digunakan
secara luas dalam praktek karena kesederhanaannya. Prosedur garis lurus secara
konseptual juga paling tepat. Apabila keusangan terhadap aset menjadi masalah,
maka tidak akan menjadi masalah yang signifikan karena kegunaannya konstan dari
waktu ke waktu. Adapun perhitungan dari
biaya penyusutan aset tetap menggunakan metode garis lurus adalah sebagai
berikut:
(Harga pokok Aset – Nilai Sisa)
Taksiran Umur Kegunaan
Keberadaan masalah utama dalam perhitungan metode garis lurus adalah bahwa keberadaan metode
garis lurus berdasarkan metode yang tidak realistik yaitu manfaat ekonomi dari
suatu aset tidak sama setiap tahunnya, yang kedua beban reparasi dan
pemeliharaan paa dasarnya tidak sama setiap tahunnya.
c.
Metode beban menurun
Metode beban menurun (penyusutan dipercepat) memberikan beban penyusutan yang lebih tinggi
dalam tahun-tahun awal dan beban yang lebih rendah dari tahun-tahun
setelahnya. Alasan utama menggunakan
metode ini adalah pada awal-awal tahun ini aset mengalami kehilangan pelayanan
yang besar. Alasan yang kedua biaya reparasi dan pemeliharaan yang dimiliki
aset semakin tahun semakin tinggi, dengan biaya penyusutan yang semakin menurun
maka biaya konstan yang ditimbulkan oleh aset. Untuk perhitungan metode beban
menurun perusahaan biasanya menggunakan dua metode utama yaitu metode jumlah
angka tahun dan saldo menurun.
a)
Metode Jumlah angka tahun
Metode jumlah angka tahun ini menghasilkan jumlah penyusutan yang terus
menurun sepanjang tahun. Perhitungan didasarkan pada pecahan menurun dari dasar penyusutan (biaya
awal dikurangi nilai sisa)setiap pecahan menggunakan jumlah tahun sebagai
penyebut dan jumlah taksiran umur kegunaan yang tersisa pada awal tahun sebagai
pembilang.
b)
Metode Saldo menurun
Metode saldo menurun merupakan metode yang menggunakan tarif penyusutan
kelipatan dari jumlah penyusutan dari garis lurus. Misal perusahaan menggunakan
doubel declining methode dengan tarif dua kali garis lurus. Tarif penyusutan
ditetapkan konstan dapa nilai buku aset
setiap tahun. Tidak seperti metode lainnya dalam metode saldo menurun nilai
sisa tidak dikurangkan sebagai dasar perhitungan aset tetap, tetapi perhitungan
dari penyusutan menggunakan nilai buku dari aktiva tersebut
D.
Pemilihan Metode Penyusutan
Pertanyaan dalam memilih metode penyusutan adalah metode mana yang laing
cocok dengan perusahaan, metode yang mampu mencocokan pendapatan dan beban
perusahaan. Banyak perusahaan memilih metode garis lurus untuk digunakan dalam
menyusutkan aset tetap yang dimiliki perusahaan karena alasan kepraktisan.
Banyak pilihan atau metode yang digunakan dalam menyusutkan aset tetap, namun
yang perlu diperhatikan adalah konsistensi dalam penggunaan penyusutan pada
aset tetap. Tidak diperkenankan penggunaan tarif penyusutan yang berubah-ubah
yang mencerminkan ketidakkonsistenan perusahaan dalam melaksanakan kebijakan
akuntansi. Selain masalah kebiasan dalam menyusutkan aset tetap perusahaan
biasanya perusahaan menggunakan pertimbangan biaya penyusutan untuk keperluan
perpajakan. Oleh karena itu perusahaan memilih menggunakan metode saldo menurun
untuk kepentingan perpajakan.
Apabila perusahaan melaksanakan pembelian aset pada tangah periode aset
maka perusahaan akan menghadapi permasalahan bagaimana menghitung nilai wajar
aset tersebut. Untuk menghitung nilai wajar dari aset tersebut maka perusahaan
harus menghitung jumlah penyusutan sampai pada periode pembelian aset tersebut,
dan untuk setelahnya perusahaan dapat melakukan pembebanan biaya penyusutan
sesuai dengan tarif yang telah ditentukan.
E.
Pengungkapan aset dan penyusutan
Dasar untuk penilaian dari aset tetap adalah harga perolehan dari aset itu
sendiri. Untuk aset harus diungkapkan bersama dengan penggadaian, penjaminan
dan komitment lain
*)Sandhi Idhar Rosydi, Dirangkum dari Buku Akuntansi Intermediate, 1995, Jakarta; Bhinarupa Aksara
0 komentar:
Posting Komentar