Perusahaan memiliki beragam bentuk investasi yang dimiliki, investasi dapat
berupa kas, penempatan pada bank, deposito, persediaan, atau mungkin investasi
pada asset tetap perusahaan. Pada pembahasan ini lebih difokuskan pada permasalahan
aset tetap perusahaan. Aset tetap perusahaan memiliki karakteristik sebagai
berikut;
a. Aset tetap merupakan harta yang diperoleh
untuk digunakan dalam operasi dan tidak untuk dijual kembali
b. Aset tetap bersifat jangka panjang dan
dapat disusutkan
c. Aset tetap memiliki subtansi fisik
Karakteristik aset tetap yang pertama adalah aset tetap merupakan aset
perusahaan yang digunakan dalam operasi dan tidak untuk dijual kembali. Dengan
karakterisitik ini aset tetap merupakan aset yang dimiliki perusahaan untuk
menunjang keberlangsungan operasi perusahaan. Investasi pada aset tetap
menjadikan aset tetap ini memiliki karakteristik tersendiri yaitu harta aset
tetap bersifat jangka panjang, dan oleh karena itu perusahaan melakukan
pengalokasian terhadap biaya akuisisi pada umur manfaat dari aset tetap
tersebut. Karakterisitik dari aset tetap yang terakhir adalah aset tetap
memiliki subtansi fisik, dimana setiap aset tetap harus jelas wujudnya dan
bentuknya.
1. Akuisisi Aset Tetap Perusahaan
Aset tetap diukur berdasarkan biaya historisnya.
Biaya historis diukur dengan kas atau harga ekuivalen kas untuk mendapatkan
harta dan menempatkannya dalam lokasi dan kondisi yang diperlukan untuk
penggunaan yang dimaksudkan. Harga pokok dari aset tetap ini merupakan harga pada
saat tanggal akusisi yang merupakan dasar dari penilaian aset tetap ini. Alasan
penggunaan tanggal akusisisi harta dengan nilai historis untuk penilaian aset
tetap yang pertama adalah pada tanggal
akuisisi biaya mencerminkan nilai pasar yang wajar, yang kedua tanggal akusisi melibatkan transaksi
historis yang kebenarnnya dapat terjaga, yang bukan merupakan hipotesis dari
nilai aset, yang ketiga dalam menilai aset tetap keuntungan dan kerugian tidak boleh diantisipasi tetapi harus diakui
ketika harta terjual.
Selain menggunakan pengukuran menggunakan biaya
historis perusahaan dapat menggunakan metode lain dari pengukuran aset tetap
yaitu metode akun transaksi dollar
konstan-yang disesuaikan untuk perubahan tingkat harga umum, Akuntansi biaya
masa berjalan-yang disesuaikan dengan tingkat harga spesifik, metode nilai
bersih yang dapat direlaisasikan.
- Akuisisi Tanah
Masalah penilaian menjadi setiap masalah dalam
menilai aset suatu perusahaan. Standar akuntansi menjelaskan bahwa nilai dari
aset tetap tanah didasarkan oleh nilai historis perolehan tanah. Nilai historis
ini diperoleh dari penilaian gambungan biaya yang diperoleh dari harga
pembelian, biaya penutupan tanah, dan biaya yang dikeluarkan agar tanah
tersebut dapat digunakan, kewajiban dari setiap penggadaian, hipotek, atau
pembebanan atas kekayaan tersebut, dan setiap tambahan pengembangan tanah yang
mempunyai umur tidak terbatas.
Untuk permasalahan pembangunan gedung, apabila
perusahaan melakukan pembangunan gedung yang di dalamnya terdapat aktivitas
pembongkaran, pembersihan, pemerataan dan penggerukan maka aktivitas tersebut
merupakan bagian dari harga pokok pembentuk tanah.
- Akuisisi Gedung
Harga pokok dari gedung merupakan harga pokok yang
berasal dari akusisi gedung dan pembangunannya. Biaya tersebut menyangkut
bahan, tenaga kerja, dan biaya overhead yang dikeluarkan selama pembangunan dan
biaya tenaga profesional dan izin bangunan.
Akan muncul pertanyaan apabila perusahaan
melakukan pembelian baru terhadap gedung, kemudian perusahaan hendak membangun
kembali gedung pada wilayah tersebut. Bagaimana pengakuan biaya atas gedung
tersebut?. Atas semua biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk meruntuhkan
gedung, sampai dengan penyiapan lahan merupakan bagian dari tanah sedangkan
pembangunan gedung merupakan bagian dari nilai gedung itu sendiri.
- Akuisisi Peralatan
Peralatan dalam ekuntansi melingkupi peralatan
pengiriman, peralatan kantor, mesin-mesin, perabotan, mebel, peralatan pabrik,
dan harta tetap yang serupa. Biaya-biaya harta tetap tersebut mencakup harga
pembelian, beban pengangkutan barang dan penanganan barang, biaya asuransi,
biaya pondasi alat bila memerlukan pondasi, biaya melaksanakan selama dalam
taham percobaan. Ringkasnya harga pokok pembelian dari peralatan merupakan
semua pengeluaran yang terjadi dalam mengakuisisi peralatan dan menyiapkan
penggunaannya.
2. Akuisisi dan Penilaian Aset Tetap
Aset tetap harus diakui dan dicatat sebesar nilai pasar wajar dari apa yang
diserahkan untuk mengakuisisinya atau pada nilai wajar, mana yang lebih jelas. Nilai wajar dari aset sering kali
dikaburkan dalam proses akuisisi harta tersebut. Adapun beberapa hal berkaitan
dengan penilaian aset tetap adalah sebagai berikut;
a. Potongan tunai
Aset tetap dinilai dengan nilai pasar pada saat
melakukan pembelian atau nilai pasarnya mana yang lebih jelas. Permasalahan
timbul ketika perusahaan melakukan pembelian dengan dengan adanya potongan
pembelian. Untuk menyikapi permasalahan potongan pembelian ini perusahaan dapat
mempertimbangan perlakuan akuntansi yang umum digunakan oleh perusahaan publik
ketika melakukan pembelian atau akusisi atas aset tetap.
Asumsi pertama adalah potongan penjualan baik
diambil atau tidak diakui perusahaan sebagai pengurangan harga perolehan
terhadap aset. Dasar pemikiran ini adalah sejumlah biaya akusisi adalah
sejumlah kas dan setara kas yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan aset
tetap tersebut. Asumsi pertama adalah perusahaan menganggap potongan penjualan
merupakan kerugian dari perusahaan apabila atas syarat yang ditentukan tidak
diambil tindakan oleh perusahaan. Disisi lain perusahaan menganggap hal ini
sebagai hal yang biasa harus dipertimbangkan apakah atas syarat tersebut
terdapat keuntungan atau kerugian bagi perusahaan. Atas potongan penjualan
tersebut biasanya kebanyak perusahaan akan menggunakan asumsi pertama dalam
mengakui pembelian aset dengan adanya potongan harga.
b. Kontrak pembayaran yang ditangguhkan
Beragam jenis transaksi menimbulkan perlakuan yang
berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Salah satu bentuk transaksi pembelian
aset tetap adalah dengan menggunakan kontrak kredit jangka panjang seperti
wesel, hipotek, atau kewajiban lainnya. Untuk mencermintakn biaya secara tepat,
harta atau aset yang dibeli dengan nilai kontrak jangka panjang harus
memperhitungkan pada nilai sekarang dari pertimbangan yang dipertukarkan
diantara pihak-pihak yang mengadakan kontrak pada tanggal transaksi. Dengan penggunaan perjanjian kredit ini maka
aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan di nilai berdasarkan jumlah yang
diperhitungkan atas nilai sekarang dari pinjaman jangka panjang tersebut.
c. Pembelian dalam jumlah sekaligus
Lump sum Purchase merupakan istilah dalam membeli aset
perusahaan satu harga secara bersamaan. Apabila situasi ini terjadi maka
perusahaan dapat mengalokasikan aset tersebut sesuai dengan harga relatifnya.
d. Penerbitan saham
Apabila kekayaan diperoleh dengan menerbitkan
saham, seperti saham biasa harga pokok dari kekayaan itu tidak dapat diukur
secara layak dengan nilai pari atau nilai tetapan dari saham tersebut. Jika
saham tersebut sedang diproses secara aktif, nilai pasar dari saham yang
diterbitkan merupakan petunjuk yang layak atas harga pokok dari harta yang
diakuisisi karena saham tersebut merupakan ukuran yang baik natas harga
ekuivalen kas masa berjalan. Apabila perusahaan tidak dapat menentukan nilai
saham tersebut maka perusahaan harus menetapkan nilai dari aset tetap tersebut,
dan saham tersebut dinilai sebesar jumlah dari nilai aset tetap tersebut.
e. Pertukaran kekayaan pabrik dan peralatan
Dalam praktik akuntansi perusahaan dapat
melaksanakan pertukaran aset tetap dengan aset tetap lainnya dalam perusahaan
yang berbeda. Akuntansi juga memperbolehkan dalam praktik itu yaitu pertukaran
aset tetap dengan aset bukan keuangan. Namun demikian masih terdapat
pertentangan di kalangan akuntan tentang transaksi ini. Hal ini dikarenakan
harta bukan keuangan merupakan aset perusahaan yang nilainya berubah
sewaktu-waktu, sedangkan harta keuangan nilai selalu tetap. Terdapat beberapa
pendapat terkait transaksi akuisisi aset tetap ini pendapat yang pertama adalah
apabila perusahaan melakukan akuisisi aset tetap dengan menukar aset non
keuangan perusahaan maka harus didasarkan pada nilai wajar aset yang diakuisisi
dengan nilai wajar aset yang ditukarkan keuntungan dan kerugian dari penjualan
aset tetap ini harus diakui. Pendapat yang kedua atas pertukaran aset non
keuangan tersebut harus didasarkan nilai buku, sehingga keuntungan dan kerugian
tidak perlu diakui. Pendapat yang ketiga mengakui akan semua kerugian pada semua
kasus, tetapi menunda keuntungan pada semua kasus.
Akuntansi yang biasa untuk pertukaran harta bukan keuangan harus didasarkan
pada nilai wajar dari harta yang diserahkan atau nilai wajar dari harta yang
diterima, mana yang lebih jelas. Jadi setiap keuntungan dan kerugian dari pertukaran tersebut harus
langsung diakui. Dasar pemikiran untuk pengakuan segera tersebut adalah bahwa proses pencarian laba berkaitan
dengan harta tersebut telah selesai dan karenannya keuntungan dan kerugian
harus diakui. Pendekatan ini dilakukan apabila jenis hartanya bersifat tidak
sama seperti pertukaran tanah dengan gedung, pertukaran peralatan dan
persediaan. Jika nilai wajar dari harta
tidak dapat ditentukan, maka nilai buku harta yang ditukarkan biasanya
digunakan sebagai dasar dalam pencatatan pertukaran keuangan.
Permasalahan diatas akan sedikit dimodifikasi
apabila barang memiliki karakteristik yang berbeda yaitu pertukaran barang serupa. Sebagai contoh untuk pertukaran pos-pos
persediaan dengan persediaan pada perusahaan lain karena warna, ukuran dan
sebagainya mempermudah penjualan kepada pihak luar maka proses pencarian laba dipandang belum selesai dan keuntungan tidak
boleh diakui. Demikian pula apabila perusahaan hendak menukarkan harta seperti
tanah dengan tanah, gedung dengan gedung yang proses penentuan labanya telah
selesai maka keuntungan dan kerugian harus diakui.
- Akusisi untuk harta yang tidak serupa
Harta yang tak serupa biaya dari harta bukan
keuangan yang diperoleh dari pertukaran dengan harta bukan keuangan yang tidak
serupa dicatat pada nilai wajar dari harta yang diserahkan, dan keuntungan atau
kerugian harus diakui.
- Akuntansi untuk harta yang serupa pada situasi kerugian
Harta-harta bukan keuangan yang serupa adalah
harta yang mempunyai jenis umum yang sama, atau yang digunakan dalam jalur
bisnis yang sama. Apabila harta non moneter ini ditukarkan dan timbul kerugian
maka kerugian harus segera diakui.
- Akuntansi untuk harta yang serupa pada situasi keuntungan
Akuntansi akuisisi harta serupa menjadi semakin
rumit terlebih untuk perusahaan pada situasi untung. Apabila perusahaan belum
menyelesaikan proses pencarian laba, maka setiap keuntungan harus ditangguhkan.
Apabila proses pencarian laba telah selesai maka perusahaan dapat mengakui
sebagau laba.
3. Akuisisi dan Disposisi dari Donasi atau Hadiah
Suatu perusahaan dapat
menerima atau memberi donasi. Pertukaran ini disebut dengan transfer tanpa
timbal balik karena meraka mentransfer harta pada satu arah. Pada transaksi ini
tegas menyatakan bahwa konsep biaya adalah nol, karena perusahaan tidak
membiayakan atas perolehan aset tersebut. Oleh karena itu persediaan diakui
sebesar nilai wajarnya dari harta yang harus digunakan. Lawan kredit dari
akuisisi donasi atau hadiah ini, apabila terdapat perikatan lebih lanjut dapat
diakui sebagai modal donasi, kalau tidak dapat diakui sebagai pendapatan
lain-lain.
Setelah perusahaan memiliki aset tetap, maka akan
mungking muncul biaya tambahan terkait dengan perbaikan atau penggantian dari
aset tetap tersebut. Permasalahan utama adalah bagaimana cara mengalokasikan
biaya-biaya sesudah akusisi ni pada periode-periode yang tepat. Secara umum
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat yang lebih besar harus
dikapitalisasikan, sedangkan pengeluaran biaya yang hanya untuk mempertahankan
tingkat pelayanan tertentu harus dianggap sebagai beban. Agar biaya dapat
dianggap sebagai beban terdapat beberapa syarat sebagai berikut;
a. Usia kegunaan aset tersebut harus
meningkat
b. Kuantitas dari unit-unit yang diproduksi
dari harta itu harus meningkat
c. Kualitas dari unit-unit yang diproduksi
harus dipertinggi
Pengeluaran-pengeluaran yang tidak dapat
meningkatkan manfaat masa depan daeri harta harus dicatat sebagai beban.
Reparasi yang biasa adalah pengeluaran guna mempertahankan kondisi yang ada
dari harta tersebut atau untuk mengembalikannya pada efisiensi operasi yang
normal dan harus dicatat sebagai beban. Selain itu terkadang perusahaan
perusahaan menetapkan jumlah batas kapitalisasi pada jumlah tertentu. Apabila
biaya reparasi tersebut melebihi jumlah yang ditentukan maka perusahaan
menambahkan jumlahnya pada aset tetap atau dikapitalisasikan. Sedangkan untuk
jumlah yang kurang memenuhi batas yang ditentukan maka perusahaan dapat
membebankan pada laporan laba rugi. Atas permasalahan pembebanan tersebut
terdapat empat jenis pengeluaran besar yang berkaitan dengan aset perusahaan.
Jenis-jenis pengeluaran utama tersebut adalah sebagai berikut;
- Penambahan atau perluasan dari aset
yang ada
Penambahan didefinisikan sebagai penambahan atas
jumlah aset tetap perusahaan. Penambahan aset tetap baru harus dikapitalisasikan
pada `set tersebut karena suatu yang baru telah diciptakan. Contoh pada
permasalahan ini adalah adanya penambahan gedung baru untuk meningkatkan
kualitas, penambahan sistem penyejuk ruangan (Blower) bisa juga dikapitalisasikan
kedalam gedung dan bangunan. Permasalahan dalam akuntansi terkait dengan
penambahan dari aset apabila aset tersebut akibat struktur yang ada. Apakah
biaya yang terjadi untuk membongkar dinding dari bangunan lama untuk membangun
kamar baru merupakan biaya dari penambahan gedung baru ataukah beban rugi pada
periode tersebut. Jawabannya adalah tergantung pada maksud semula. Jika
perusahaan telah mengantisipasi bahwa penambahan tersebut akan dilaksanakan
belakangan, maka biaya pembongkaran ini merupakan biaya yang layak bagi
penambahan. Tetapi apabila perusahaan tidak mengantisipasi pengembangan, hal
itu harus secara layak diakui sebagai kerugian dalam periode berjalan atas dasar
perusahaan tidak efisien dalam perencanaannya. Biasanya biaya yang tercatat
dari dinding lam masih ada di dalam perkiraann, meskipun secara teoritis jumlah
tersebut harus dikeluarkan.
- Peningkatan dan penggantian
Peningkatan (Improvements)
dan Penggantian adalah penukaran suatu harta untuk orang lain. Perbedaan untuk
peningkatan dan penggantian adalah bahwa peningkatan adalah penggantian harta
yang sekarang digunakan dengan harta lain yang lebih baik (Misal keramik
diganti marmer). Sedangkan penggantian adalah mengganti barang dengan barang
yang serupa (Lantai keramik dengan keramik). Seringkali peningkatan dan
penggantian diakibatkan dari kebijakan umum untuk memodernisasi atau
merehabilitasi gedung yang lebih tua atau
seperangkat tertentu. Masalahnya apakah pengeluaran ini berbeda dengan reparasi
biasa, apakah pengeluaran ini meningkatkan potensi jasa di masa yang akan
datang, atau apakah semata-mata mempertahankan tingkat jasa yang ada.
Jawabannya adalah apabila penambahan tersebut dapat ditentukan bahwa
pengeluaran tersebut menambah potensi jasa dimasa yang akan datang oleh karena itu maka penambahan tersebut
wajib diklasifikasikan. Atas permasalahan ini terdapat opsi cara untuk
menyikapi transaksi tersebut, opsi tersebut dapat digunakan tergantung situasinya
sebagai berikut.
-
Pendekatan subtitusi
Secara konseptual pendekatan subtitusi merupakan
prosedur yang benar jika jumlah tercatat dari aset yang lama tersedia. Jika
jumlah tercatat dari harta lama dapat ditentukan, maka cukup dengan menghapus
harga pokok aset yang lama dan menggantikan dengan harga pokok yang baru. Permasalahannya
adalah menentukan nilai buku dari harta yang lama. Pada umumnya dari suatu aset
tertentu disusutkan dengan tarif penyusutan yang berbeda, tetapi tidak ada
akuntansi terpisah yang dibuat. Sebagai contoh ban, bodi , dan mesin truk
mempunyai masa penyusutan yang berbeda-beda tetapi perusahaan menyusutkan
dengan nilai yang sama yaitu penyusutan truck.
-
Mengkapitalisasi harga pokok baru
Pertimbangan untuk mengkapitalisasikan harga pokok
dari peningkatan atau penggantian adalah bahwa meskipun jumlah tercatat dari
harta lam tidak dikeluarkan dari perkiraan, penyusutan yang mencukupi
diperhitungkan atas pos tersebut untuk megurangi jumlah tercatat menjadi hampir
nol. Walaupun asumsi ini belum tentu benar dalam setiap kasus, perbedaannya
seringkali tidak berarti. Peningkatan biasanya ditangani dengan cara ini.
-
Dibebankan pada beban akumulasi penyusutan
Pada kasus tertentu kuantitas atau kualitas dari
harta itu sendiri tidak dapat ditingkatkan, tapi umur kegunaannya tidak dapat
ditingkatkan, tetapi umur kegunaannya dapat diperpanjang. Penggantian secara
khusus juga dapat memperpanjang umur kegunaan aset, tetapi tidak dapat
meningkatkan kualitas dan kuantitas dari aset tersebut. Dalam situasi ini,
pengeluaran atas biaya peningkatan nilai aset ini dapat sikapi dengan mendebet
sejumlah biaya pada akun akumulasi penyusutan. Hal ini dilakukan atas dasar
penambahan sejumlah biaya akan dapat digunakan untuk menambah umur tetapi tidak
dapat menambah aset tetap tersebut, dengan demikian dapat diambil sikap
mengurangi jumlah akumulasi penyusutan pada periode sebelumnya.
- Penyusunan kembali dan pemasangan
kembali
Biaya penyusunan kembali dan pemasangan kembali
yang merupakan pengeluaran yang dimaksudkan untuk mendapat manfaat pada
periode-periode mendatang, berbeda dengan penambahan, penggantian dan
peningkatan. Contoh pada permasalahan ini adalah penyusunan dan pemasangan
kembali sekelompok mesin untuk mempermudah produksi di masa mendatang.
- Reparasi
Reparasi biasa adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mempertahankan aset tetap dalam
kondisi operasi, hal itu dimaksudkan sebegai beban dalam periode berjalan. Hal
ini dikarenakan beban pada periode ini mengambil manfaat atas biaya yang
dikeluarkan. Namun pada saat tertentu
terdapat reparasi besar yaitu reparasi yang memiliki jumlah material, dimana
biaya yang dikeluarkan dapat memberikan manfaat untuk beberapa periode di masa
yang akan datang.
5. Disposisi Aset Tetap
Aset tetap dapat ditarik secara sukarela, dilepas
sebagai penjualan, pertukaran, konversi terpaksa, atau pembuangan. Pada saat
perusahaan melaksanakan pelepasan atau disposisi aset tetap perusahaan harus
memperhitungkan semua akun yang berkaitan dengan aset tetap dan kemudian semua
perkiraan yang berkaitan dengan aset yang ditarik harus dihilangkan. Idealnya
nilai buku dari aset tetap tertentu akan sama nilainya dengan pelepasannya,
namun pada umumnya tidak demikian sehingga terjadi keuntungan dan kerugian. Munculnya
proses perhitungan keuntungan dan kerugian disebabkan oleh perusahaan melakukan
penyusutan sebagai estimasi biaya pada periode-periode yang ditentukan,
perusahaan tidak menghitung nilai pasar dari aset tersebut.Penyusutan, Deplesi, dan Amortisasi Aset Tetap
Praktisi
akuntansi telah menyepakati bahwa setiap aset tetap yang dimiliki oleh
perusahaan setelah beberapa periode yang dilewati akan mengalami penurunan
kualitasnya dan pada akhirnya akan menjadi barang rongsokan. Oleh karena itu
perusahaan mengalokasikan biaya yang telah dikelurkan pada masing-masing
periode. Oleh karena itu kita mengenal istilah penyusutan (depreciation), deplesi (depletion),
amortisasi (amortitation). Penyusutan
(depreciation) merupakan istilah yang
sering digunakan untuk menunjukan penurunan potensi jasa dari aset berwujud.
Deplesi (depletion) merupakan istilah
penurunan aset berasal dari sumber-sumber alami. Sedangkan amortisasi (amortitation) merupakan istilah yang
digunakan untuk menunjukan penurunan nilai pada aset yang tidak berwujud.
Penyusutan dan Depresiasi
1.
Penyusutan (Depreciation)
A.
Dasar penyusutan
Dasar penyusutan merupakan nilai dari aset tetap yang dialokasikan pada
beberapa perode akuntansi. Dasar penyusutan ini dihitung berdasarkan harga
perolehan yang dikurangi dengan nilai sisa. Nilai sisa (Salvage Value) adalah taksiran jumlah yang akan diterima pada saat aset
tersebut dijual atau ditarik penggunaannya.
B.
Taksiran umur pelayanan
Akuntansi berusahan untuk menjadikan suatu realitas ekonomi menjadi bagian
dari penyusun laporan keuangan, dalam kaitan hal ini adalah umur dari aset
tetap. Pada dasarnya aset tetap memiliki umur yang diperkirakan yaitu umur
pelayanan dari aset, akan tetapi perlu diketahui bahwa umur pelayanan dari aset
ini berbeda dengan umur fisiknya. Bisa jadi umur fisik aset lebih lama dari
pada umur pelayanannya atau sebaliknya.
Penggunaan aset sesuai dengan kapasitas yang dimiliki aset tersebut,
apabila umur pelayanannya telah habis tetapi aset itu masih diperlukan maka
aset tersebut masih digunakan. Namun kadang kalanya aset tersebut belum habis
umur pelayanannya tetapi sudah ditarik dari perusahaan. Terdapat dua alasan
dalam menarik aset yaitu karena faktor fisik
dan ekonomi. Faktor fisik didefinisikan sebagai keausan, dekomposisi, dan
bencana yang menjadikan aset tersebut tidak dapat berprestasi secara tidak
terbatas. Faktor-faktor fisik ini menentukan batas luar untuk umur kegunaan
dari aset. Sedangkan faktor ekonomi adalah menyangkut keusangan dari aset tersebut. Terdapat beberapa alasan aset tetap
tersebut mengalami keusangan hal ini dikarenakan aset tersebut tidak sesuai
dengan kebutuhan perusahaan karena terdapat aset tetap baru dengan teknologi
yang lebih memadai.
C.
Metode pengalokasian biaya
a.
Metode aktivitas (unit penggunaan atau
produksi)
Metode aktivitas (sering kali disebut pendekatan beban variabel)
mengasumsikan bahwa penyusutan merupakan fungsi dari penggunaan dari penggunaan
atau produktifitas dan bukan dari berlalunya waktu. Umur ari aset tetap
tersebut diperhitungkan berdasarkan satuan keluaran (output) yang diberikan
(unit-unit yang diproduksi) atau memasukan (input) seperti jumlah jam yang
dikerjakan. Secara konseptual asosiai biaya yang tepat ditentukan dalam satuan
keluaran dan bukan jam yang digunakan, tetapi sering kali keluaran tidak mudah
diukur. Alam konteks yang demikian
ukuran masukan seperti jam mesin merupakan metode yang lebih tepat untuk
mengukur jumlah mata uang dari biaya penyusutan untuk suatu periode akuntansi
tertentu. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung biaya penyusutan adalah
sebagai berikut:
(Harga Pokok – nilai sisa) x Jumlah Jam Tahun Ini
Taksiran total jam
Kendala
utama dari metode ini adalah hal tersebut tidak teapt dalam situasi dimana
penyusutan merupakan fungsi dari waktu, bukan aktivitas. Seperti bangunan lebih
pada penggunaan watu dari pada aktivitas yang digunakan oleh perusahaan. Selain
itu kelemahan dari sistem ini adalah apabila aset tersebut memiliki
faktor-faktor ekonomi atau fungsional
yang tidak tergantung pada penggunaannya, apabila telah usang maka akan
kehilangan banyak hal yang signifikan.
b.
Metode garis lurus (Straight-line method)
Metode garis lurus memperhatikan dan memertimbangkan bahwa penyusutan
sebagai fungsi waktu bukan sebagai fungsi pelayanan. Metode ini digunakan
secara luas dalam praktek karena kesederhanaannya. Prosedur garis lurus secara
konseptual juga paling tepat. Apabila keusangan terhadap aset menjadi masalah,
maka tidak akan menjadi masalah yang signifikan karena kegunaannya konstan dari
waktu ke waktu. Adapun perhitungan dari
biaya penyusutan aset tetap menggunakan metode garis lurus adalah sebagai
berikut:
(Harga pokok Aset – Nilai Sisa)
Taksiran Umur Kegunaan
Keberadaan masalah utama dalam perhitungan metode garis lurus adalah bahwa keberadaan metode
garis lurus berdasarkan metode yang tidak realistik yaitu manfaat ekonomi dari
suatu aset tidak sama setiap tahunnya, yang kedua beban reparasi dan
pemeliharaan paa dasarnya tidak sama setiap tahunnya.
c.
Metode beban menurun
Metode beban menurun (penyusutan dipercepat) memberikan beban penyusutan yang lebih tinggi
dalam tahun-tahun awal dan beban yang lebih rendah dari tahun-tahun
setelahnya. Alasan utama menggunakan
metode ini adalah pada awal-awal tahun ini aset mengalami kehilangan pelayanan
yang besar. Alasan yang kedua biaya reparasi dan pemeliharaan yang dimiliki
aset semakin tahun semakin tinggi, dengan biaya penyusutan yang semakin menurun
maka biaya konstan yang ditimbulkan oleh aset. Untuk perhitungan metode beban
menurun perusahaan biasanya menggunakan dua metode utama yaitu metode jumlah
angka tahun dan saldo menurun.
a)
Metode Jumlah angka tahun
Metode jumlah angka tahun ini menghasilkan jumlah penyusutan yang terus
menurun sepanjang tahun. Perhitungan didasarkan pada pecahan menurun dari dasar penyusutan (biaya
awal dikurangi nilai sisa)setiap pecahan menggunakan jumlah tahun sebagai
penyebut dan jumlah taksiran umur kegunaan yang tersisa pada awal tahun sebagai
pembilang.
b)
Metode Saldo menurun
Metode saldo menurun merupakan metode yang menggunakan tarif penyusutan
kelipatan dari jumlah penyusutan dari garis lurus. Misal perusahaan menggunakan
doubel declining methode dengan tarif dua kali garis lurus. Tarif penyusutan
ditetapkan konstan dapa nilai buku aset
setiap tahun. Tidak seperti metode lainnya dalam metode saldo menurun nilai
sisa tidak dikurangkan sebagai dasar perhitungan aset tetap, tetapi perhitungan
dari penyusutan menggunakan nilai buku dari aktiva tersebut
D.
Pemilihan Metode Penyusutan
Pertanyaan dalam memilih metode penyusutan adalah metode mana yang laing
cocok dengan perusahaan, metode yang mampu mencocokan pendapatan dan beban
perusahaan. Banyak perusahaan memilih metode garis lurus untuk digunakan dalam
menyusutkan aset tetap yang dimiliki perusahaan karena alasan kepraktisan.
Banyak pilihan atau metode yang digunakan dalam menyusutkan aset tetap, namun
xang perlu diperhatikan adalah konsistensi dalam penggunaan penyusutan pada
aset tetap. Tidak diperkenankan penggunaan tarif penyusutan yang berubah-ubah
yang mencerminkan ketidakkonsistenan perusahaan dalam melaksanakan kebijakan
akuntansi. Selain masalah kebiasan dalam menyusutkan aset tetap perusahaan
biasanya perusahaan menggunakan pertimbangan biaya penyusutan untuk keperluan
perpajakan. Oleh karena itu perusahaan memilih menggunakan metode saldo menurun
untuk kepentingan perpajakan.
Apabila perusahaan melaksanakan pembelian aset pada tangah periode aset
maka perusahaan akan menghadapi permasalahan bagaimana menghitung nilai wajar
aset tersebut. Untuk menghitung nilai wajar dari aset tersebut maka perusahaan
harus menghitung jumlah penyusutan sampai pada periode pembelian aset tersebut,
dan untuk setelahnya perusahaan dapat melakukan pembebanan biaya penyusutan
sesuai dengan tarif yang telah ditentukan.
E.
Pengungkapan aset dan penyusutan
Dasar untuk penilaian dari aset tetap adalah harga perolehan dari aset itu
sendiri. Untuk aset harus diungkapkan bersama dengan penggadaian, penjaminan
dan komitment lain. Setiap kewajiban yang dijamin oleh kekayaan, pabrik dan
peralatan tidak boleh di ofset terhadap aktiva ini, tetapi harus dilaporkan
pada akun kewajiban. Kekayaan, pabrik dan peralatan yang saat ini tidak
digunakan sebagai aktva produktif dalam perusahaan seperti fasilitas yang
menganggur dan tanah yang dimiliki sebagai investasi, harus dipisahkan sebagai
aset yang digunakan dalam operasi.
Pengungkapan dalam laporan keuangan terkait dengan aset ini dilakukan
dengan pemisahan antara aset tetap dan akumulasi penyusutan, dengan hal ini
maka pembaca laporan keuangan perusahaan dapat membaca harga pokok perolehan
aset tetap tersebut dan jumlah penyusutan selama beberapa periode yang telah
ditentukan. Dalam penyajian pengungkapan yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Beban penyusutan untuk periode itu
2. Saldo dari golongan utama aset yang
disusutkan, menurut sifat dan fungsi
3. Akumulasi penyusutan, baik menurut
golongan utama aset yang disusutkan maupun total
4. Penjelasn umum mengenai metode atau
metode-metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan berkenaan dengan
golongan utama dari ast yang disusutkan.
2.
Deplesi (depletion)
Sumber daya alami yang merupakan bagian dari aset perusahaan pasti akan
habis, seperti bahan bakar minyak, mineral, dan kayu. Aset ini dicirikan dengan
dua hal utama yaitu pengambilan (penggunaan) sepenuhnya aset tersebut,dan
penggantian tersebut merupakan tindakan dari alam. Permasalahan dari penyusutan
aset tetap yang menyangkut produk adalah sebagai berikut menyangkut dasar
pengurangan (deplesi) ditetapkan dan pola alokasi apa yang harus digunakan.
a.
Penetapan Deplesi
Permasalahan dari aset tetap bersumber dari sumber
daya alam adalah bagaimana menentukan harga perolehan sumber daya alam itu
sendiri. Harga sumber daya alam ini ditentukan oleh tiga kategori utama yaitu
harga perolehan dari deposit tersebtu, biaya eksplorasi, dan biaya
pengembangan. Harga perolehan dari diposit adalah harga yang dibayarkan untuk
mendapatkan hak kekayaan untuk mencari dan menemukan sumber daya alam yang
belum ditemukan atau harga yang harus dibayar untuk sumber daya yang ditemukan.
Setelah perusahaan mengetahui dan memiliki atas hak penggunaan kekayaan
tersebut maka perusahaan melakukan eksplorasi, untuk eksplorasi inilah yang
dimasukan sebagai bagian dari harga perolehan. Dalam praktik akuntansi terdapat
perbedaan dalam menerapkan biaya eksplorasi ini terdapat beberapa perusahaan
yang mengkapitalisasikan kedalam aset tetap perusahaan, namun ada juga yang
membiayayakan terhadap biaya eksplorasi yang dilakukan, ada juga perusahaan
yang memisahkan apabila berkaitan dengan biaya langsung mengkapitalisasikan,
namun apabila tidak mereka membiayakan.
Pertanyaan mendasar dari biaya eksplrorasi adalah
bagaimana menyikapi biaya yang telah dikeluarkan untuk pelaksanaan eksplorasi
yang gagal, karena tidak dapat dipungkiri tidak semua eksplorasi berhasil
menemukan sumber baru untuk dilakukan eksplorasi. Logika konseptual atas
perlakuan ini adalah ketika perusahaan melakukan upaya menemukan sumber daya
yang menguntungkan maka perusahaan mengeluarkan biaya, sampai pada titik dimana
perusahaan menemukan sumber daya yang dapat mendatangkan keuntungan secara
komersial bagi perusahaan.
Biaya terakhir yang mungkindikeluarkan oleh
perusahaan adalah biaya pengembangan. Biaya ini terbagi menjadi dua yaitu biaya
pengembangan berupa peralatan berwujud dan biaya pengembangan tidak berwujud.
Biaya peralatan berwujud lazimnya tidak diperhitungkan atas dasar deplesi.
Sebaliknya beban penyusutan terpisah dari sumber daya alam tersebut. Penambahan
biaya yang tidak berwujud ini ditambahkan pada aset tetap pembentuk sumber daya
alam.
Untuk biaya penyusutan terhadap sumber daya ini
perusahaan dapat dilakukan dengan metode penyusutan pada umumnya, namun
kebanyakan menggunakan rumusan produktivitas dari aset tetap tersebut.
b.
Pelaporan keuangan dari sumber daya alam dan
deplesi
Dalam pelaporan keuangan standar mensyaratkan pengungkapan terhadap metode
akuntansi dasar untuk biaya-biaya yang terjadidalam aktivitas memproduksi aset
tersebut selain itu standar juga mengungkapkan perusahaan untuk mengungkap cara
disposisi biaya-biaya deplesi yang dilakukan oleh perusahaan.
3.
Aset tidak berwujud dan Amortisasi (Amortitation)
Aset tetap yang tidak berwujud pada umumnya bercirikan tidak adanya
eksistensi fisik dan tingkat ketidakpasitian dari aset tersebut tinggi terhadap
masa manfaat kedepannya. Adapun karakteristik dari aset tidak berwujud adalah
sebagai berikut:
a.
Dapat diidentitikasi (aset tersebut dapat diidentifikasi
secara terpisah atau tidak mempunyai identifikasi khusus)
b.
Cara perolehan ( diakuisisi secara tunggal, dalam kelompok, dalam
penggabungan usaha, atau dikembangkan secara internal)
c.
Periode manfaat yang diharapkan (dibatasi oleh hukum atau kontrak yang
bertalian dengan faktor-faktor manusia atau ekonomi atau umur yag terbatas atau
tidak terbatas)
d.
Terpisah dari suatu perusahaan secara
keseluruhan (hak yang
dapat ditransfer tanpa nama, dapat dijual, atau tidak dapat dijual, atau tidak
dapat dipisahkan dari perusahaan yang bersangkutan atau bagian subtansial dari
padanya.
Terdapat beberapa pemasalahan yang berkaitan dengan aset tetap tidak
berwujud. Pembahasan berkaitan dengan penilaian aset tetap, amortisasi, dan
identifikasi aset tetap tak berwujud.
- Penilaian aset tetap tak berwujud
Aset tetap tak berwujud seperti aset tetap lainnya dicatat pada harga
pokok. Harga pokok ini mencakup semua biaya perolehan dan pengeluaran yang
diperlukan untuk membuat aset aset yang tidak berwujud tersebut siap digunakan.
Jika set tak berwujud diperoleh dengan saham atau pertukaran dengan aset
lainnya harga pokok dari aset tak berwujud tersebut
adalah nilai pasar wajar dari pertimbangan yang diberikan atau nilai pasar
wajar dari aset tak berwujud yang diterima, mana yang lebih jelas.
- Amortisasi Aset Tak berwujud
Aset tetap tak berwujud diamortisasi berdasarkan pembebanan yang distematis ke beban (expense) selama umur kegunaannya.
Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan umur kegunaan aset adalah
sebagai berikut:
-
Ketentuan
hukum, peraturan atau kontraktual
-
Ketentuan
untuk pembaruan kembali atau perpanjangan
-
Pengaruh
keusangan, permintaan, persaingan dan faktor ekonomi lainnya,
-
Tindakan
yang diperkirakan dari para pesaing atau yang lain dapat membatasi keunggulan
bersaing
-
Umur
kegunaan yang tampaknya tak terbatas pada kenyataan dapat tidak pasti dan
manfaatnya dapat diproyeksikan secara layak
-
Aset
tidak berwujud dapat terdiri dari suatu gabungan dari banyak faktor-faktor
individual dengan umur efektif yang berbeda-beda.
Suatu masalah dari aset tak berwujud adalah berkaitan dengan beberapa aset
tak berwujud mempunyai umur yang tidak dapat ditentukan. Dalam kasus yang
demikian aset tetap ini harus diamortisai selama periode yang tidak melebihi 40
tahun. Aset tak berwujud yang diperoleh dari perusahaan lain tidak boleh
dihapusbukukan pada saat perolehan.
*)Sandhi Idhar Rosydi, Dirangkum dari Buku Akuntansi Intermediate, 1995,
Bhinarupa Aksara
0 komentar:
Posting Komentar