5.31.2012

Aset Tetap Perusahaan Publik *)




Perusahaan memiliki beragam bentuk investasi yang dimiliki, investasi dapat berupa kas, penempatan pada bank, deposito, persediaan, atau mungkin investasi pada asset tetap perusahaan. Pada pembahasan ini lebih difokuskan pada permasalahan aset tetap perusahaan. Aset tetap perusahaan memiliki karakteristik sebagai berikut;
a.  Aset tetap merupakan harta yang diperoleh untuk digunakan dalam operasi dan tidak untuk dijual kembali
b.      Aset tetap bersifat jangka panjang dan dapat disusutkan
c.       Aset tetap memiliki subtansi fisik
Karakteristik aset tetap yang pertama adalah aset tetap merupakan aset perusahaan yang digunakan dalam operasi dan tidak untuk dijual kembali. Dengan karakterisitik ini aset tetap merupakan aset yang dimiliki perusahaan untuk menunjang keberlangsungan operasi perusahaan. Investasi pada aset tetap menjadikan aset tetap ini memiliki karakteristik tersendiri yaitu harta aset tetap bersifat jangka panjang, dan oleh karena itu perusahaan melakukan pengalokasian terhadap biaya akuisisi pada umur manfaat dari aset tetap tersebut. Karakterisitik dari aset tetap yang terakhir adalah aset tetap memiliki subtansi fisik, dimana setiap aset tetap harus jelas wujudnya dan bentuknya.

1.      Akuisisi Aset Tetap Perusahaan
Aset tetap diukur berdasarkan biaya historisnya. Biaya historis diukur dengan kas atau harga ekuivalen kas untuk mendapatkan harta dan menempatkannya dalam lokasi dan kondisi yang diperlukan untuk penggunaan yang dimaksudkan. Harga pokok dari aset tetap ini merupakan harga pada saat tanggal akusisi yang merupakan dasar dari penilaian aset tetap ini. Alasan penggunaan tanggal akusisisi harta dengan nilai historis untuk penilaian aset tetap yang pertama adalah pada tanggal akuisisi biaya mencerminkan nilai pasar yang wajar, yang kedua tanggal akusisi melibatkan transaksi historis yang kebenarnnya dapat terjaga, yang bukan merupakan hipotesis dari nilai aset, yang ketiga dalam menilai aset tetap keuntungan dan kerugian tidak boleh diantisipasi tetapi harus diakui ketika harta terjual.
Selain menggunakan pengukuran menggunakan biaya historis perusahaan dapat menggunakan metode lain dari pengukuran aset tetap yaitu metode akun transaksi dollar konstan-yang disesuaikan untuk perubahan tingkat harga umum, Akuntansi biaya masa berjalan-yang disesuaikan dengan tingkat harga spesifik, metode nilai bersih yang dapat direlaisasikan.
  1. Akuisisi Tanah
Masalah penilaian menjadi setiap masalah dalam menilai aset suatu perusahaan. Standar akuntansi menjelaskan bahwa nilai dari aset tetap tanah didasarkan oleh nilai historis perolehan tanah. Nilai historis ini diperoleh dari penilaian gambungan biaya yang diperoleh dari harga pembelian, biaya penutupan tanah, dan biaya yang dikeluarkan agar tanah tersebut dapat digunakan, kewajiban dari setiap penggadaian, hipotek, atau pembebanan atas kekayaan tersebut, dan setiap tambahan pengembangan tanah yang mempunyai umur tidak terbatas.
Untuk permasalahan pembangunan gedung, apabila perusahaan melakukan pembangunan gedung yang di dalamnya terdapat aktivitas pembongkaran, pembersihan, pemerataan dan penggerukan maka aktivitas tersebut merupakan bagian dari harga pokok pembentuk tanah.

  1. Akuisisi Gedung
Harga pokok dari gedung merupakan harga pokok yang berasal dari akusisi gedung dan pembangunannya. Biaya tersebut menyangkut bahan, tenaga kerja, dan biaya overhead yang dikeluarkan selama pembangunan dan biaya tenaga profesional dan izin bangunan.
Akan muncul pertanyaan apabila perusahaan melakukan pembelian baru terhadap gedung, kemudian perusahaan hendak membangun kembali gedung pada wilayah tersebut. Bagaimana pengakuan biaya atas gedung tersebut?. Atas semua biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk meruntuhkan gedung, sampai dengan penyiapan lahan merupakan bagian dari tanah sedangkan pembangunan gedung merupakan bagian dari nilai gedung itu sendiri.

  1. Akuisisi Peralatan
Peralatan dalam ekuntansi melingkupi peralatan pengiriman, peralatan kantor, mesin-mesin, perabotan, mebel, peralatan pabrik, dan harta tetap yang serupa. Biaya-biaya harta tetap tersebut mencakup harga pembelian, beban pengangkutan barang dan penanganan barang, biaya asuransi, biaya pondasi alat bila memerlukan pondasi, biaya melaksanakan selama dalam taham percobaan. Ringkasnya harga pokok pembelian dari peralatan merupakan semua pengeluaran yang terjadi dalam mengakuisisi peralatan dan menyiapkan penggunaannya.

2.      Akuisisi dan Penilaian Aset Tetap
Aset tetap harus diakui dan dicatat sebesar nilai pasar wajar dari apa yang diserahkan untuk mengakuisisinya atau pada nilai wajar, mana yang lebih jelas. Nilai wajar dari aset sering kali dikaburkan dalam proses akuisisi harta tersebut. Adapun beberapa hal berkaitan dengan penilaian aset tetap adalah sebagai berikut;
a.       Potongan tunai
Aset tetap dinilai dengan nilai pasar pada saat melakukan pembelian atau nilai pasarnya mana yang lebih jelas. Permasalahan timbul ketika perusahaan melakukan pembelian dengan dengan adanya potongan pembelian. Untuk menyikapi permasalahan potongan pembelian ini perusahaan dapat mempertimbangan perlakuan akuntansi yang umum digunakan oleh perusahaan publik ketika melakukan pembelian atau akusisi atas aset tetap.
Asumsi pertama adalah potongan penjualan baik diambil atau tidak diakui perusahaan sebagai pengurangan harga perolehan terhadap aset. Dasar pemikiran ini adalah sejumlah biaya akusisi adalah sejumlah kas dan setara kas yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan aset tetap tersebut. Asumsi pertama adalah perusahaan menganggap potongan penjualan merupakan kerugian dari perusahaan apabila atas syarat yang ditentukan tidak diambil tindakan oleh perusahaan. Disisi lain perusahaan menganggap hal ini sebagai hal yang biasa harus dipertimbangkan apakah atas syarat tersebut terdapat keuntungan atau kerugian bagi perusahaan. Atas potongan penjualan tersebut biasanya kebanyak perusahaan akan menggunakan asumsi pertama dalam mengakui pembelian aset dengan adanya potongan harga.

b.      Kontrak pembayaran yang ditangguhkan
Beragam jenis transaksi menimbulkan perlakuan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Salah satu bentuk transaksi pembelian aset tetap adalah dengan menggunakan kontrak kredit jangka panjang seperti wesel, hipotek, atau kewajiban lainnya. Untuk mencermintakn biaya secara tepat, harta atau aset yang dibeli dengan nilai kontrak jangka panjang harus memperhitungkan pada nilai sekarang dari pertimbangan yang dipertukarkan diantara pihak-pihak yang mengadakan kontrak pada tanggal transaksi.  Dengan penggunaan perjanjian kredit ini maka aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan di nilai berdasarkan jumlah yang diperhitungkan atas nilai sekarang dari pinjaman jangka panjang tersebut.

c.       Pembelian dalam jumlah sekaligus
Lump sum Purchase merupakan istilah dalam membeli aset perusahaan satu harga secara bersamaan. Apabila situasi ini terjadi maka perusahaan dapat mengalokasikan aset tersebut sesuai dengan harga relatifnya.

d.      Penerbitan saham
Apabila kekayaan diperoleh dengan menerbitkan saham, seperti saham biasa harga pokok dari kekayaan itu tidak dapat diukur secara layak dengan nilai pari atau nilai tetapan dari saham tersebut. Jika saham tersebut sedang diproses secara aktif, nilai pasar dari saham yang diterbitkan merupakan petunjuk yang layak atas harga pokok dari harta yang diakuisisi karena saham tersebut merupakan ukuran yang baik natas harga ekuivalen kas masa berjalan. Apabila perusahaan tidak dapat menentukan nilai saham tersebut maka perusahaan harus menetapkan nilai dari aset tetap tersebut, dan saham tersebut dinilai sebesar jumlah dari nilai aset tetap tersebut.

e.       Pertukaran kekayaan pabrik dan peralatan
Dalam praktik akuntansi perusahaan dapat melaksanakan pertukaran aset tetap dengan aset tetap lainnya dalam perusahaan yang berbeda. Akuntansi juga memperbolehkan dalam praktik itu yaitu pertukaran aset tetap dengan aset bukan keuangan. Namun demikian masih terdapat pertentangan di kalangan akuntan tentang transaksi ini. Hal ini dikarenakan harta bukan keuangan merupakan aset perusahaan yang nilainya berubah sewaktu-waktu, sedangkan harta keuangan nilai selalu tetap. Terdapat beberapa pendapat terkait transaksi akuisisi aset tetap ini pendapat yang pertama adalah apabila perusahaan melakukan akuisisi aset tetap dengan menukar aset non keuangan perusahaan maka harus didasarkan pada nilai wajar aset yang diakuisisi dengan nilai wajar aset yang ditukarkan keuntungan dan kerugian dari penjualan aset tetap ini harus diakui. Pendapat yang kedua atas pertukaran aset non keuangan tersebut harus didasarkan nilai buku, sehingga keuntungan dan kerugian tidak perlu diakui. Pendapat yang ketiga mengakui akan semua kerugian pada semua kasus, tetapi menunda keuntungan pada semua kasus.
Akuntansi yang biasa untuk pertukaran harta bukan keuangan harus didasarkan pada nilai wajar dari harta yang diserahkan atau nilai wajar dari harta yang diterima, mana yang lebih jelas. Jadi setiap keuntungan dan kerugian dari pertukaran tersebut harus langsung diakui. Dasar pemikiran untuk pengakuan segera tersebut adalah bahwa proses pencarian laba berkaitan dengan harta tersebut telah selesai dan karenannya keuntungan dan kerugian harus diakui. Pendekatan ini dilakukan apabila jenis hartanya bersifat tidak sama seperti pertukaran tanah dengan gedung, pertukaran peralatan dan persediaan. Jika nilai wajar dari harta tidak dapat ditentukan, maka nilai buku harta yang ditukarkan biasanya digunakan sebagai dasar dalam pencatatan pertukaran keuangan.
Permasalahan diatas akan sedikit dimodifikasi apabila barang memiliki karakteristik yang berbeda yaitu pertukaran barang serupa. Sebagai contoh untuk pertukaran pos-pos persediaan dengan persediaan pada perusahaan lain karena warna, ukuran dan sebagainya mempermudah penjualan kepada pihak luar maka proses pencarian laba dipandang belum selesai dan keuntungan tidak boleh diakui. Demikian pula apabila perusahaan hendak menukarkan harta seperti tanah dengan tanah, gedung dengan gedung yang proses penentuan labanya telah selesai maka keuntungan dan kerugian harus diakui.     

-   Akusisi untuk harta yang tidak serupa
Harta yang tak serupa biaya dari harta bukan keuangan yang diperoleh dari pertukaran dengan harta bukan keuangan yang tidak serupa dicatat pada nilai wajar dari harta yang diserahkan, dan keuntungan atau kerugian harus diakui.

-   Akuntansi untuk harta yang serupa pada situasi kerugian
Harta-harta bukan keuangan yang serupa adalah harta yang mempunyai jenis umum yang sama, atau yang digunakan dalam jalur bisnis yang sama. Apabila harta non moneter ini ditukarkan dan timbul kerugian maka kerugian harus segera diakui.

-   Akuntansi untuk harta yang serupa pada situasi keuntungan
Akuntansi akuisisi harta serupa menjadi semakin rumit terlebih untuk perusahaan pada situasi untung. Apabila perusahaan belum menyelesaikan proses pencarian laba, maka setiap keuntungan harus ditangguhkan. Apabila proses pencarian laba telah selesai maka perusahaan dapat mengakui sebagau laba.

3.      Akuisisi dan Disposisi dari Donasi atau Hadiah
Suatu perusahaan dapat menerima atau memberi donasi. Pertukaran ini disebut dengan transfer tanpa timbal balik karena meraka mentransfer harta pada satu arah. Pada transaksi ini tegas menyatakan bahwa konsep biaya adalah nol, karena perusahaan tidak membiayakan atas perolehan aset tersebut. Oleh karena itu persediaan diakui sebesar nilai wajarnya dari harta yang harus digunakan. Lawan kredit dari akuisisi donasi atau hadiah ini, apabila terdapat perikatan lebih lanjut dapat diakui sebagai modal donasi, kalau tidak dapat diakui sebagai pendapatan lain-lain.

Setelah perusahaan memiliki aset tetap, maka akan mungking muncul biaya tambahan terkait dengan perbaikan atau penggantian dari aset tetap tersebut. Permasalahan utama adalah bagaimana cara mengalokasikan biaya-biaya sesudah akusisi ni pada periode-periode yang tepat. Secara umum biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat yang lebih besar harus dikapitalisasikan, sedangkan pengeluaran biaya yang hanya untuk mempertahankan tingkat pelayanan tertentu harus dianggap sebagai beban. Agar biaya dapat dianggap sebagai beban terdapat beberapa syarat sebagai berikut;
a.       Usia kegunaan aset tersebut harus meningkat
b.      Kuantitas dari unit-unit yang diproduksi dari harta itu harus meningkat
c.       Kualitas dari unit-unit yang diproduksi harus dipertinggi
Pengeluaran-pengeluaran yang tidak dapat meningkatkan manfaat masa depan daeri harta harus dicatat sebagai beban. Reparasi yang biasa adalah pengeluaran guna mempertahankan kondisi yang ada dari harta tersebut atau untuk mengembalikannya pada efisiensi operasi yang normal dan harus dicatat sebagai beban. Selain itu terkadang perusahaan perusahaan menetapkan jumlah batas kapitalisasi pada jumlah tertentu. Apabila biaya reparasi tersebut melebihi jumlah yang ditentukan maka perusahaan menambahkan jumlahnya pada aset tetap atau dikapitalisasikan. Sedangkan untuk jumlah yang kurang memenuhi batas yang ditentukan maka perusahaan dapat membebankan pada laporan laba rugi. Atas permasalahan pembebanan tersebut terdapat empat jenis pengeluaran besar yang berkaitan dengan aset perusahaan. Jenis-jenis pengeluaran utama tersebut adalah sebagai berikut;
  1. Penambahan atau perluasan dari aset yang ada
Penambahan didefinisikan sebagai penambahan atas jumlah aset tetap perusahaan. Penambahan aset tetap baru harus dikapitalisasikan pada `set tersebut karena suatu yang baru telah diciptakan. Contoh pada permasalahan ini adalah adanya penambahan gedung baru untuk meningkatkan kualitas, penambahan sistem penyejuk ruangan (Blower) bisa juga dikapitalisasikan kedalam gedung dan bangunan. Permasalahan dalam akuntansi terkait dengan penambahan dari aset apabila aset tersebut akibat struktur yang ada. Apakah biaya yang terjadi untuk membongkar dinding dari bangunan lama untuk membangun kamar baru merupakan biaya dari penambahan gedung baru ataukah beban rugi pada periode tersebut. Jawabannya adalah tergantung pada maksud semula. Jika perusahaan telah mengantisipasi bahwa penambahan tersebut akan dilaksanakan belakangan, maka biaya pembongkaran ini merupakan biaya yang layak bagi penambahan. Tetapi apabila perusahaan tidak mengantisipasi pengembangan, hal itu harus secara layak diakui sebagai kerugian dalam periode berjalan atas dasar perusahaan tidak efisien dalam perencanaannya. Biasanya biaya yang tercatat dari dinding lam masih ada di dalam perkiraann, meskipun secara teoritis jumlah tersebut harus dikeluarkan.

  1. Peningkatan dan penggantian
Peningkatan (Improvements) dan Penggantian adalah penukaran suatu harta untuk orang lain. Perbedaan untuk peningkatan dan penggantian adalah bahwa peningkatan adalah penggantian harta yang sekarang digunakan dengan harta lain yang lebih baik (Misal keramik diganti marmer). Sedangkan penggantian adalah mengganti barang dengan barang yang serupa (Lantai keramik dengan keramik). Seringkali peningkatan dan penggantian diakibatkan dari kebijakan umum untuk memodernisasi atau merehabilitasi gedung yang lebih tua  atau seperangkat tertentu. Masalahnya apakah pengeluaran ini berbeda dengan reparasi biasa, apakah pengeluaran ini meningkatkan potensi jasa di masa yang akan datang, atau apakah semata-mata mempertahankan tingkat jasa yang ada. Jawabannya adalah apabila penambahan tersebut dapat ditentukan bahwa pengeluaran tersebut menambah potensi jasa dimasa yang akan datang  oleh karena itu maka penambahan tersebut wajib diklasifikasikan. Atas permasalahan ini terdapat opsi cara untuk menyikapi transaksi tersebut, opsi tersebut dapat digunakan tergantung situasinya sebagai berikut.
-         Pendekatan subtitusi
Secara konseptual pendekatan subtitusi merupakan prosedur yang benar jika jumlah tercatat dari aset yang lama tersedia. Jika jumlah tercatat dari harta lama dapat ditentukan, maka cukup dengan menghapus harga pokok aset yang lama dan menggantikan dengan harga pokok yang baru. Permasalahannya adalah menentukan nilai buku dari harta yang lama. Pada umumnya dari suatu aset tertentu disusutkan dengan tarif penyusutan yang berbeda, tetapi tidak ada akuntansi terpisah yang dibuat. Sebagai contoh ban, bodi , dan mesin truk mempunyai masa penyusutan yang berbeda-beda tetapi perusahaan menyusutkan dengan nilai yang sama yaitu penyusutan truck.

-         Mengkapitalisasi harga pokok baru
Pertimbangan untuk mengkapitalisasikan harga pokok dari peningkatan atau penggantian adalah bahwa meskipun jumlah tercatat dari harta lam tidak dikeluarkan dari perkiraan, penyusutan yang mencukupi diperhitungkan atas pos tersebut untuk megurangi jumlah tercatat menjadi hampir nol. Walaupun asumsi ini belum tentu benar dalam setiap kasus, perbedaannya seringkali tidak berarti. Peningkatan biasanya ditangani dengan cara ini.

-         Dibebankan pada beban akumulasi penyusutan
Pada kasus tertentu kuantitas atau kualitas dari harta itu sendiri tidak dapat ditingkatkan, tapi umur kegunaannya tidak dapat ditingkatkan, tetapi umur kegunaannya dapat diperpanjang. Penggantian secara khusus juga dapat memperpanjang umur kegunaan aset, tetapi tidak dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas dari aset tersebut. Dalam situasi ini, pengeluaran atas biaya peningkatan nilai aset ini dapat sikapi dengan mendebet sejumlah biaya pada akun akumulasi penyusutan. Hal ini dilakukan atas dasar penambahan sejumlah biaya akan dapat digunakan untuk menambah umur tetapi tidak dapat menambah aset tetap tersebut, dengan demikian dapat diambil sikap mengurangi jumlah akumulasi penyusutan pada periode sebelumnya.
  1. Penyusunan kembali dan pemasangan kembali
Biaya penyusunan kembali dan pemasangan kembali yang merupakan pengeluaran yang dimaksudkan untuk mendapat manfaat pada periode-periode mendatang, berbeda dengan penambahan, penggantian dan peningkatan. Contoh pada permasalahan ini adalah penyusunan dan pemasangan kembali sekelompok mesin untuk mempermudah produksi di masa mendatang.

  1. Reparasi
Reparasi biasa adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mempertahankan aset tetap dalam kondisi operasi, hal itu dimaksudkan sebegai beban dalam periode berjalan. Hal ini dikarenakan beban pada periode ini mengambil manfaat atas biaya yang dikeluarkan.  Namun pada saat tertentu terdapat reparasi besar yaitu reparasi yang memiliki jumlah material, dimana biaya yang dikeluarkan dapat memberikan manfaat untuk beberapa periode di masa yang akan datang.  

5.      Disposisi Aset Tetap
Aset tetap dapat ditarik secara sukarela, dilepas sebagai penjualan, pertukaran, konversi terpaksa, atau pembuangan. Pada saat perusahaan melaksanakan pelepasan atau disposisi aset tetap perusahaan harus memperhitungkan semua akun yang berkaitan dengan aset tetap dan kemudian semua perkiraan yang berkaitan dengan aset yang ditarik harus dihilangkan. Idealnya nilai buku dari aset tetap tertentu akan sama nilainya dengan pelepasannya, namun pada umumnya tidak demikian sehingga terjadi keuntungan dan kerugian. Munculnya proses perhitungan keuntungan dan kerugian disebabkan oleh perusahaan melakukan penyusutan sebagai estimasi biaya pada periode-periode yang ditentukan, perusahaan tidak menghitung nilai pasar dari aset tersebut.Penyusutan, Deplesi, dan Amortisasi Aset Tetap

Praktisi akuntansi telah menyepakati bahwa setiap aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan setelah beberapa periode yang dilewati akan mengalami penurunan kualitasnya dan pada akhirnya akan menjadi barang rongsokan. Oleh karena itu perusahaan mengalokasikan biaya yang telah dikelurkan pada masing-masing periode. Oleh karena itu kita mengenal istilah penyusutan (depreciation), deplesi (depletion), amortisasi (amortitation). Penyusutan (depreciation) merupakan istilah yang sering digunakan untuk menunjukan penurunan potensi jasa dari aset berwujud. Deplesi (depletion) merupakan istilah penurunan aset berasal dari sumber-sumber alami. Sedangkan amortisasi (amortitation) merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukan penurunan nilai pada aset yang tidak berwujud.

Penyusutan dan Depresiasi

1.      Penyusutan (Depreciation)
A.     Dasar penyusutan
Dasar penyusutan merupakan nilai dari aset tetap yang dialokasikan pada beberapa perode akuntansi. Dasar penyusutan ini dihitung berdasarkan harga perolehan yang dikurangi dengan nilai sisa. Nilai sisa (Salvage Value) adalah taksiran jumlah yang akan diterima pada saat aset tersebut dijual atau ditarik penggunaannya.

B.     Taksiran umur pelayanan
Akuntansi berusahan untuk menjadikan suatu realitas ekonomi menjadi bagian dari penyusun laporan keuangan, dalam kaitan hal ini adalah umur dari aset tetap. Pada dasarnya aset tetap memiliki umur yang diperkirakan yaitu umur pelayanan dari aset, akan tetapi perlu diketahui bahwa umur pelayanan dari aset ini berbeda dengan umur fisiknya. Bisa jadi umur fisik aset lebih lama dari pada umur pelayanannya atau sebaliknya.
Penggunaan aset sesuai dengan kapasitas yang dimiliki aset tersebut, apabila umur pelayanannya telah habis tetapi aset itu masih diperlukan maka aset tersebut masih digunakan. Namun kadang kalanya aset tersebut belum habis umur pelayanannya tetapi sudah ditarik dari perusahaan. Terdapat dua alasan dalam menarik aset yaitu karena faktor fisik dan ekonomi. Faktor fisik didefinisikan sebagai keausan, dekomposisi, dan bencana yang menjadikan aset tersebut tidak dapat berprestasi secara tidak terbatas. Faktor-faktor fisik ini menentukan batas luar untuk umur kegunaan dari aset. Sedangkan faktor ekonomi adalah menyangkut keusangan dari aset tersebut. Terdapat beberapa alasan aset tetap tersebut mengalami keusangan hal ini dikarenakan aset tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan karena terdapat aset tetap baru dengan teknologi yang lebih memadai.

C.     Metode pengalokasian biaya
a.      Metode aktivitas (unit penggunaan atau produksi)
Metode aktivitas (sering kali disebut pendekatan beban variabel) mengasumsikan bahwa penyusutan merupakan fungsi dari penggunaan dari penggunaan atau produktifitas dan bukan dari berlalunya waktu. Umur ari aset tetap tersebut diperhitungkan berdasarkan satuan keluaran (output) yang diberikan (unit-unit yang diproduksi) atau memasukan (input) seperti jumlah jam yang dikerjakan. Secara konseptual asosiai biaya yang tepat ditentukan dalam satuan keluaran dan bukan jam yang digunakan, tetapi sering kali keluaran tidak mudah diukur.  Alam konteks yang demikian ukuran masukan seperti jam mesin merupakan metode yang lebih tepat untuk mengukur jumlah mata uang dari biaya penyusutan untuk suatu periode akuntansi tertentu. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung biaya penyusutan adalah sebagai berikut:
(Harga Pokok – nilai sisa) x Jumlah Jam Tahun Ini
Taksiran total jam
            Kendala utama dari metode ini adalah hal tersebut tidak teapt dalam situasi dimana penyusutan merupakan fungsi dari waktu, bukan aktivitas. Seperti bangunan lebih pada penggunaan watu dari pada aktivitas yang digunakan oleh perusahaan. Selain itu kelemahan dari sistem ini adalah apabila aset tersebut memiliki faktor-faktor ekonomi  atau fungsional yang tidak tergantung pada penggunaannya, apabila telah usang maka akan kehilangan banyak hal yang signifikan.

b.      Metode garis lurus (Straight-line method)
Metode garis lurus memperhatikan dan memertimbangkan bahwa penyusutan sebagai fungsi waktu bukan sebagai fungsi pelayanan. Metode ini digunakan secara luas dalam praktek karena kesederhanaannya. Prosedur garis lurus secara konseptual juga paling tepat. Apabila keusangan terhadap aset menjadi masalah, maka tidak akan menjadi masalah yang signifikan karena kegunaannya konstan dari waktu ke waktu.  Adapun perhitungan dari biaya penyusutan aset tetap menggunakan metode garis lurus adalah sebagai berikut:
(Harga pokok Aset – Nilai Sisa)
Taksiran Umur Kegunaan
Keberadaan masalah utama dalam perhitungan  metode garis lurus adalah bahwa keberadaan metode garis lurus berdasarkan metode yang tidak realistik yaitu manfaat ekonomi dari suatu aset tidak sama setiap tahunnya, yang kedua beban reparasi dan pemeliharaan paa dasarnya tidak sama setiap tahunnya.

c.       Metode beban menurun
Metode beban menurun (penyusutan dipercepat)  memberikan beban penyusutan yang lebih tinggi dalam tahun-tahun awal dan beban yang lebih rendah dari tahun-tahun setelahnya.  Alasan utama menggunakan metode ini adalah pada awal-awal tahun ini aset mengalami kehilangan pelayanan yang besar. Alasan yang kedua biaya reparasi dan pemeliharaan yang dimiliki aset semakin tahun semakin tinggi, dengan biaya penyusutan yang semakin menurun maka biaya konstan yang ditimbulkan oleh aset. Untuk perhitungan metode beban menurun perusahaan biasanya menggunakan dua metode utama yaitu metode jumlah angka tahun dan saldo menurun.
a)      Metode Jumlah angka tahun
Metode jumlah angka tahun ini menghasilkan jumlah penyusutan yang terus menurun sepanjang tahun. Perhitungan didasarkan pada  pecahan menurun dari dasar penyusutan (biaya awal dikurangi nilai sisa)setiap pecahan menggunakan jumlah tahun sebagai penyebut dan jumlah taksiran umur kegunaan yang tersisa pada awal tahun sebagai pembilang.

b)      Metode Saldo menurun
Metode saldo menurun merupakan metode yang menggunakan tarif penyusutan kelipatan dari jumlah penyusutan dari garis lurus. Misal perusahaan menggunakan doubel declining methode dengan tarif dua kali garis lurus. Tarif penyusutan ditetapkan konstan  dapa nilai buku aset setiap tahun. Tidak seperti metode lainnya dalam metode saldo menurun nilai sisa tidak dikurangkan sebagai dasar perhitungan aset tetap, tetapi perhitungan dari penyusutan menggunakan nilai buku dari aktiva tersebut

D.    Pemilihan Metode Penyusutan
Pertanyaan dalam memilih metode penyusutan adalah metode mana yang laing cocok dengan perusahaan, metode yang mampu mencocokan pendapatan dan beban perusahaan. Banyak perusahaan memilih metode garis lurus untuk digunakan dalam menyusutkan aset tetap yang dimiliki perusahaan karena alasan kepraktisan. Banyak pilihan atau metode yang digunakan dalam menyusutkan aset tetap, namun xang perlu diperhatikan adalah konsistensi dalam penggunaan penyusutan pada aset tetap. Tidak diperkenankan penggunaan tarif penyusutan yang berubah-ubah yang mencerminkan ketidakkonsistenan perusahaan dalam melaksanakan kebijakan akuntansi. Selain masalah kebiasan dalam menyusutkan aset tetap perusahaan biasanya perusahaan menggunakan pertimbangan biaya penyusutan untuk keperluan perpajakan. Oleh karena itu perusahaan memilih menggunakan metode saldo menurun untuk kepentingan perpajakan.
Apabila perusahaan melaksanakan pembelian aset pada tangah periode aset maka perusahaan akan menghadapi permasalahan bagaimana menghitung nilai wajar aset tersebut. Untuk menghitung nilai wajar dari aset tersebut maka perusahaan harus menghitung jumlah penyusutan sampai pada periode pembelian aset tersebut, dan untuk setelahnya perusahaan dapat melakukan pembebanan biaya penyusutan sesuai dengan tarif yang telah ditentukan.

E.     Pengungkapan aset dan penyusutan
Dasar untuk penilaian dari aset tetap adalah harga perolehan dari aset itu sendiri. Untuk aset harus diungkapkan bersama dengan penggadaian, penjaminan dan komitment lain. Setiap kewajiban yang dijamin oleh kekayaan, pabrik dan peralatan tidak boleh di ofset terhadap aktiva ini, tetapi harus dilaporkan pada akun kewajiban. Kekayaan, pabrik dan peralatan yang saat ini tidak digunakan sebagai aktva produktif dalam perusahaan seperti fasilitas yang menganggur dan tanah yang dimiliki sebagai investasi, harus dipisahkan sebagai aset yang digunakan dalam operasi.
Pengungkapan dalam laporan keuangan terkait dengan aset ini dilakukan dengan pemisahan antara aset tetap dan akumulasi penyusutan, dengan hal ini maka pembaca laporan keuangan perusahaan dapat membaca harga pokok perolehan aset tetap tersebut dan jumlah penyusutan selama beberapa periode yang telah ditentukan. Dalam penyajian pengungkapan yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1.      Beban penyusutan untuk periode itu
2.      Saldo dari golongan utama aset yang disusutkan, menurut sifat dan fungsi
3.      Akumulasi penyusutan, baik menurut golongan utama aset yang disusutkan maupun total
4.      Penjelasn umum mengenai metode atau metode-metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan berkenaan dengan golongan utama dari ast yang disusutkan.

2.      Deplesi (depletion)
Sumber daya alami yang merupakan bagian dari aset perusahaan pasti akan habis, seperti bahan bakar minyak, mineral, dan kayu. Aset ini dicirikan dengan dua hal utama yaitu pengambilan (penggunaan) sepenuhnya aset tersebut,dan penggantian tersebut merupakan tindakan dari alam. Permasalahan dari penyusutan aset tetap yang menyangkut produk adalah sebagai berikut menyangkut dasar pengurangan (deplesi) ditetapkan dan pola alokasi apa yang harus digunakan.
a.      Penetapan Deplesi
Permasalahan dari aset tetap bersumber dari sumber daya alam adalah bagaimana menentukan harga perolehan sumber daya alam itu sendiri. Harga sumber daya alam ini ditentukan oleh tiga kategori utama yaitu harga perolehan dari deposit tersebtu, biaya eksplorasi, dan biaya pengembangan. Harga perolehan dari diposit adalah harga yang dibayarkan untuk mendapatkan hak kekayaan untuk mencari dan menemukan sumber daya alam yang belum ditemukan atau harga yang harus dibayar untuk sumber daya yang ditemukan. Setelah perusahaan mengetahui dan memiliki atas hak penggunaan kekayaan tersebut maka perusahaan melakukan eksplorasi, untuk eksplorasi inilah yang dimasukan sebagai bagian dari harga perolehan. Dalam praktik akuntansi terdapat perbedaan dalam menerapkan biaya eksplorasi ini terdapat beberapa perusahaan yang mengkapitalisasikan kedalam aset tetap perusahaan, namun ada juga yang membiayayakan terhadap biaya eksplorasi yang dilakukan, ada juga perusahaan yang memisahkan apabila berkaitan dengan biaya langsung mengkapitalisasikan, namun apabila tidak mereka membiayakan.
Pertanyaan mendasar dari biaya eksplrorasi adalah bagaimana menyikapi biaya yang telah dikeluarkan untuk pelaksanaan eksplorasi yang gagal, karena tidak dapat dipungkiri tidak semua eksplorasi berhasil menemukan sumber baru untuk dilakukan eksplorasi. Logika konseptual atas perlakuan ini adalah ketika perusahaan melakukan upaya menemukan sumber daya yang menguntungkan maka perusahaan mengeluarkan biaya, sampai pada titik dimana perusahaan menemukan sumber daya yang dapat mendatangkan keuntungan secara komersial bagi perusahaan.
Biaya terakhir yang mungkindikeluarkan oleh perusahaan adalah biaya pengembangan. Biaya ini terbagi menjadi dua yaitu biaya pengembangan berupa peralatan berwujud dan biaya pengembangan tidak berwujud. Biaya peralatan berwujud lazimnya tidak diperhitungkan atas dasar deplesi. Sebaliknya beban penyusutan terpisah dari sumber daya alam tersebut. Penambahan biaya yang tidak berwujud ini ditambahkan pada aset tetap pembentuk sumber daya alam.
Untuk biaya penyusutan terhadap sumber daya ini perusahaan dapat dilakukan dengan metode penyusutan pada umumnya, namun kebanyakan menggunakan rumusan produktivitas dari aset tetap tersebut.

b.      Pelaporan keuangan dari sumber daya alam dan deplesi
Dalam pelaporan keuangan standar mensyaratkan pengungkapan terhadap metode akuntansi dasar untuk biaya-biaya yang terjadidalam aktivitas memproduksi aset tersebut selain itu standar juga mengungkapkan perusahaan untuk mengungkap cara disposisi biaya-biaya deplesi yang dilakukan oleh perusahaan.

3.      Aset tidak berwujud dan Amortisasi (Amortitation)
Aset tetap yang tidak berwujud pada umumnya bercirikan tidak adanya eksistensi fisik dan tingkat ketidakpasitian dari aset tersebut tinggi terhadap masa manfaat kedepannya. Adapun karakteristik dari aset tidak berwujud adalah sebagai berikut:
a.      Dapat diidentitikasi (aset tersebut dapat diidentifikasi secara terpisah atau tidak mempunyai identifikasi khusus)
b.      Cara perolehan ( diakuisisi secara tunggal, dalam kelompok, dalam penggabungan usaha, atau dikembangkan secara internal)
c.       Periode manfaat yang diharapkan (dibatasi oleh hukum atau kontrak yang bertalian dengan faktor-faktor manusia atau ekonomi atau umur yag terbatas atau tidak terbatas)
d.      Terpisah dari suatu perusahaan secara keseluruhan (hak yang dapat ditransfer tanpa nama, dapat dijual, atau tidak dapat dijual, atau tidak dapat dipisahkan dari perusahaan yang bersangkutan atau bagian subtansial dari padanya.

Terdapat beberapa pemasalahan yang berkaitan dengan aset tetap tidak berwujud. Pembahasan berkaitan dengan penilaian aset tetap, amortisasi, dan identifikasi aset tetap tak berwujud.
  1. Penilaian aset tetap tak berwujud
Aset tetap tak berwujud seperti aset tetap lainnya dicatat pada harga pokok. Harga pokok ini mencakup semua biaya perolehan dan pengeluaran yang diperlukan untuk membuat aset aset yang tidak berwujud tersebut siap digunakan. Jika set tak berwujud diperoleh dengan saham atau pertukaran dengan aset lainnya  harga pokok dari aset tak berwujud tersebut adalah nilai pasar wajar dari pertimbangan yang diberikan atau nilai pasar wajar dari aset tak berwujud yang diterima, mana yang lebih jelas.

  1. Amortisasi Aset Tak berwujud
Aset tetap tak berwujud diamortisasi berdasarkan pembebanan  yang distematis ke beban (expense) selama umur kegunaannya. Faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan umur kegunaan aset adalah sebagai berikut:
-         Ketentuan hukum, peraturan atau kontraktual
-         Ketentuan untuk pembaruan kembali atau perpanjangan
-         Pengaruh keusangan, permintaan, persaingan dan faktor ekonomi lainnya,
-         Tindakan yang diperkirakan dari para pesaing atau yang lain dapat membatasi keunggulan bersaing
-         Umur kegunaan yang tampaknya tak terbatas pada kenyataan dapat tidak pasti dan manfaatnya dapat diproyeksikan secara layak
-         Aset tidak berwujud dapat terdiri dari suatu gabungan dari banyak faktor-faktor individual dengan umur efektif yang berbeda-beda.
Suatu masalah dari aset tak berwujud adalah berkaitan dengan beberapa aset tak berwujud mempunyai umur yang tidak dapat ditentukan. Dalam kasus yang demikian aset tetap ini harus diamortisai selama periode yang tidak melebihi 40 tahun. Aset tak berwujud yang diperoleh dari perusahaan lain tidak boleh dihapusbukukan pada saat perolehan.


*)Sandhi Idhar Rosydi, Dirangkum dari Buku Akuntansi Intermediate, 1995, Bhinarupa Aksara

0 komentar: