5.21.2012

Aset Tetap Perusahaan Publik *)


Perusahaan memiliki beragam bentuk investasi yang dimiliki, investasi dapat berupa kas, penempatan pada bank, deposito, persediaan, atau mungkin investasi pada asset tetap perusahaan. Pada pembahasan ini lebih difokuskan pada permasalahan aset tetap perusahaan. Aset tetap perusahaan memiliki karakteristik sebagai berikut;
a.   Aset tetap merupakan harta yang diperoleh untuk digunakan dalam operasi dan tidak untuk dijual kembali
b.      Aset tetap bersifat jangka panjang dan dapat disusutkan
c.       Aset tetap memiliki subtansi fisik
Karakteristik aset tetap yang pertama adalah aset tetap merupakan aset perusahaan yang digunakan dalam operasi dan tidak untuk dijual kembali. Dengan karakterisitik ini aset tetap merupakan aset yang dimiliki perusahaan untuk menunjang keberlangsungan operasi perusahaan. Investasi pada aset tetap menjadikan aset tetap ini memiliki karakteristik tersendiri yaitu harta aset tetap bersifat jangka panjang, dan oleh karena itu perusahaan melakukan pengalokasian terhadap biaya akuisisi pada umur manfaat dari aset tetap tersebut. Karakterisitik dari aset tetap yang terakhir adalah aset tetap memiliki subtansi fisik, dimana setiap aset tetap harus jelas wujudnya dan bentuknya.

1.      Akuisisi Aset Tetap Perusahaan
Aset tetap diukur berdasarkan biaya historisnya. Biaya historis diukur dengan kas atau harga ekuivalen kas untuk mendapatkan harta dan menempatkannya dalam lokasi dan kondisi yang diperlukan untuk penggunaan yang dimaksudkan. Harga pokok dari aset tetap ini merupakan harga pada saat tanggal akusisi yang merupakan dasar dari penilaian aset tetap ini. Alasan penggunaan tanggal akusisisi harta dengan nilai historis untuk penilaian aset tetap yang pertama adalah pada tanggal akuisisi biaya mencerminkan nilai pasar yang wajar, yang kedua tanggal akusisi melibatkan transaksi historis yang kebenarnnya dapat terjaga, yang bukan merupakan hipotesis dari nilai aset, yang ketiga dalam menilai aset tetap keuntungan dan kerugian tidak boleh diantisipasi tetapi harus diakui ketika harta terjual.
Selain menggunakan pengukuran menggunakan biaya historis perusahaan dapat menggunakan metode lain dari pengukuran aset tetap yaitu metode akun transaksi dollar konstan-yang disesuaikan untuk perubahan tingkat harga umum, Akuntansi biaya masa berjalan-yang disesuaikan dengan tingkat harga spesifik, metode nilai bersih yang dapat direlaisasikan.

  1. Akuisisi Tanah
Masalah penilaian menjadi setiap masalah dalam menilai aset suatu perusahaan. Standar akuntansi menjelaskan bahwa nilai dari aset tetap tanah didasarkan oleh nilai historis perolehan tanah. Nilai historis ini diperoleh dari penilaian gambungan biaya yang diperoleh dari harga pembelian, biaya penutupan tanah, dan biaya yang dikeluarkan agar tanah tersebut dapat digunakan, kewajiban dari setiap penggadaian, hipotek, atau pembebanan atas kekayaan tersebut, dan setiap tambahan pengembangan tanah yang mempunyai umur tidak terbatas.
Untuk permasalahan pembangunan gedung, apabila perusahaan melakukan pembangunan gedung yang di dalamnya terdapat aktivitas pembongkaran, pembersihan, pemerataan dan penggerukan maka aktivitas tersebut merupakan bagian dari harga pokok pembentuk tanah.

  1. Akuisisi Gedung
Harga pokok dari gedung merupakan harga pokok yang berasal dari akusisi gedung dan pembangunannya. Biaya tersebut menyangkut bahan, tenaga kerja, dan biaya overhead yang dikeluarkan selama pembangunan dan biaya tenaga profesional dan izin bangunan.
Akan muncul pertanyaan apabila perusahaan melakukan pembelian baru terhadap gedung, kemudian perusahaan hendak membangun kembali gedung pada wilayah tersebut. Bagaimana pengakuan biaya atas gedung tersebut?. Atas semua biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk meruntuhkan gedung, sampai dengan penyiapan lahan merupakan bagian dari tanah sedangkan pembangunan gedung merupakan bagian dari nilai gedung itu sendiri.

  1. Akuisisi Peralatan
Peralatan dalam ekuntansi melingkupi peralatan pengiriman, peralatan kantor, mesin-mesin, perabotan, mebel, peralatan pabrik, dan harta tetap yang serupa. Biaya-biaya harta tetap tersebut mencakup harga pembelian, beban pengangkutan barang dan penanganan barang, biaya asuransi, biaya pondasi alat bila memerlukan pondasi, biaya melaksanakan selama dalam taham percobaan. Ringkasnya harga pokok pembelian dari peralatan merupakan semua pengeluaran yang terjadi dalam mengakuisisi peralatan dan menyiapkan penggunaannya.

2.      Akuisisi dan Penilaian Aset Tetap
Aset tetap harus diakui dan dicatat sebesar nilai pasar wajar dari apa yang diserahkan untuk mengakuisisinya atau pada nilai wajar, mana yang lebih jelas. Nilai wajar dari aset sering kali dikaburkan dalam proses akuisisi harta tersebut. Adapun beberapa hal berkaitan dengan penilaian aset tetap adalah sebagai berikut;
a.       Potongan tunai
Aset tetap dinilai dengan nilai pasar pada saat melakukan pembelian atau nilai pasarnya mana yang lebih jelas. Permasalahan timbul ketika perusahaan melakukan pembelian dengan dengan adanya potongan pembelian. Untuk menyikapi permasalahan potongan pembelian ini perusahaan dapat mempertimbangan perlakuan akuntansi yang umum digunakan oleh perusahaan publik ketika melakukan pembelian atau akusisi atas aset tetap.
Asumsi pertama adalah potongan penjualan baik diambil atau tidak diakui perusahaan sebagai pengurangan harga perolehan terhadap aset. Dasar pemikiran ini adalah sejumlah biaya akusisi adalah sejumlah kas dan setara kas yang dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan aset tetap tersebut. Asumsi pertama adalah perusahaan menganggap potongan penjualan merupakan kerugian dari perusahaan apabila atas syarat yang ditentukan tidak diambil tindakan oleh perusahaan. Disisi lain perusahaan menganggap hal ini sebagai hal yang biasa harus dipertimbangkan apakah atas syarat tersebut terdapat keuntungan atau kerugian bagi perusahaan. Atas potongan penjualan tersebut biasanya kebanyak perusahaan akan menggunakan asumsi pertama dalam mengakui pembelian aset dengan adanya potongan harga.

b.      Kontrak pembayaran yang ditangguhkan
Beragam jenis transaksi menimbulkan perlakuan yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Salah satu bentuk transaksi pembelian aset tetap adalah dengan menggunakan kontrak kredit jangka panjang seperti wesel, hipotek, atau kewajiban lainnya. Untuk mencermintakn biaya secara tepat, harta atau aset yang dibeli dengan nilai kontrak jangka panjang harus memperhitungkan pada nilai sekarang dari pertimbangan yang dipertukarkan diantara pihak-pihak yang mengadakan kontrak pada tanggal transaksi.  Dengan penggunaan perjanjian kredit ini maka aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan di nilai berdasarkan jumlah yang diperhitungkan atas nilai sekarang dari pinjaman jangka panjang tersebut.

c.       Pembelian dalam jumlah sekaligus
Lump sum Purchase merupakan istilah dalam membeli aset perusahaan satu harga secara bersamaan. Apabila situasi ini terjadi maka perusahaan dapat mengalokasikan aset tersebut sesuai dengan harga relatifnya.

d.      Penerbitan saham
Apabila kekayaan diperoleh dengan menerbitkan saham, seperti saham biasa harga pokok dari kekayaan itu tidak dapat diukur secara layak dengan nilai pari atau nilai tetapan dari saham tersebut. Jika saham tersebut sedang diproses secara aktif, nilai pasar dari saham yang diterbitkan merupakan petunjuk yang layak atas harga pokok dari harta yang diakuisisi karena saham tersebut merupakan ukuran yang baik natas harga ekuivalen kas masa berjalan. Apabila perusahaan tidak dapat menentukan nilai saham tersebut maka perusahaan harus menetapkan nilai dari aset tetap tersebut, dan saham tersebut dinilai sebesar jumlah dari nilai aset tetap tersebut.

e.       Pertukaran kekayaan pabrik dan peralatan
Dalam praktik akuntansi perusahaan dapat melaksanakan pertukaran aset tetap dengan aset tetap lainnya dalam perusahaan yang berbeda. Akuntansi juga memperbolehkan dalam praktik itu yaitu pertukaran aset tetap dengan aset bukan keuangan. Namun demikian masih terdapat pertentangan di kalangan akuntan tentang transaksi ini. Hal ini dikarenakan harta bukan keuangan merupakan aset perusahaan yang nilainya berubah sewaktu-waktu, sedangkan harta keuangan nilai selalu tetap. Terdapat beberapa pendapat terkait transaksi akuisisi aset tetap ini pendapat yang pertama adalah apabila perusahaan melakukan akuisisi aset tetap dengan menukar aset non keuangan perusahaan maka harus didasarkan pada nilai wajar aset yang diakuisisi dengan nilai wajar aset yang ditukarkan keuntungan dan kerugian dari penjualan aset tetap ini harus diakui. Pendapat yang kedua atas pertukaran aset non keuangan tersebut harus didasarkan nilai buku, sehingga keuntungan dan kerugian tidak perlu diakui. Pendapat yang ketiga mengakui akan semua kerugian pada semua kasus, tetapi menunda keuntungan pada semua kasus.
Akuntansi yang biasa untuk pertukaran harta bukan keuangan harus didasarkan pada nilai wajar dari harta yang diserahkan atau nilai wajar dari harta yang diterima, mana yang lebih jelas. Jadi setiap keuntungan dan kerugian dari pertukaran tersebut harus langsung diakui. Dasar pemikiran untuk pengakuan segera tersebut adalah bahwa proses pencarian laba berkaitan dengan harta tersebut telah selesai dan karenannya keuntungan dan kerugian harus diakui. Pendekatan ini dilakukan apabila jenis hartanya bersifat tidak sama seperti pertukaran tanah dengan gedung, pertukaran peralatan dan persediaan. Jika nilai wajar dari harta tidak dapat ditentukan, maka nilai buku harta yang ditukarkan biasanya digunakan sebagai dasar dalam pencatatan pertukaran keuangan.
Permasalahan diatas akan sedikit dimodifikasi apabila barang memiliki karakteristik yang berbeda yaitu pertukaran barang serupa. Sebagai contoh untuk pertukaran pos-pos persediaan dengan persediaan pada perusahaan lain karena warna, ukuran dan sebagainya mempermudah penjualan kepada pihak luar maka proses pencarian laba dipandang belum selesai dan keuntungan tidak boleh diakui. Demikian pula apabila perusahaan hendak menukarkan harta seperti tanah dengan tanah, gedung dengan gedung yang proses penentuan labanya telah selesai maka keuntungan dan kerugian harus diakui.     

-   Akusisi untuk harta yang tidak serupa
Harta yang tak serupa biaya dari harta bukan keuangan yang diperoleh dari pertukaran dengan harta bukan keuangan yang tidak serupa dicatat pada nilai wajar dari harta yang diserahkan, dan keuntungan atau kerugian harus diakui.

-   Akuntansi untuk harta yang serupa pada situasi kerugian
Harta-harta bukan keuangan yang serupa adalah harta yang mempunyai jenis umum yang sama, atau yang digunakan dalam jalur bisnis yang sama. Apabila harta non moneter ini ditukarkan dan timbul kerugian maka kerugian harus segera diakui.

-   Akuntansi untuk harta yang serupa pada situasi keuntungan
Akuntansi akuisisi harta serupa menjadi semakin rumit terlebih untuk perusahaan pada situasi untung. Apabila perusahaan belum menyelesaikan proses pencarian laba, maka setiap keuntungan harus ditangguhkan. Apabila proses pencarian laba telah selesai maka perusahaan dapat mengakui sebagau laba.

3.      Akuisisi dan Disposisi dari Donasi atau Hadiah
Suatu perusahaan dapat menerima atau memberi donasi. Pertukaran ini disebut dengan transfer tanpa timbal balik karena meraka mentransfer harta pada satu arah. Pada transaksi ini tegas menyatakan bahwa konsep biaya adalah nol, karena perusahaan tidak membiayakan atas perolehan aset tersebut. Oleh karena itu persediaan diakui sebesar nilai wajarnya dari harta yang harus digunakan. Lawan kredit dari akuisisi donasi atau hadiah ini, apabila terdapat perikatan lebih lanjut dapat diakui sebagai modal donasi, kalau tidak dapat diakui sebagai pendapatan lain-lain.


Setelah perusahaan memiliki aset tetap, maka akan mungking muncul biaya tambahan terkait dengan perbaikan atau penggantian dari aset tetap tersebut. Permasalahan utama adalah bagaimana cara mengalokasikan biaya-biaya sesudah akusisi ni pada periode-periode yang tepat. Secara umum biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh manfaat yang lebih besar harus dikapitalisasikan, sedangkan pengeluaran biaya yang hanya untuk mempertahankan tingkat pelayanan tertentu harus dianggap sebagai beban. Agar biaya dapat dianggap sebagai beban terdapat beberapa syarat sebagai berikut;
a.       Usia kegunaan aset tersebut harus meningkat
b.      Kuantitas dari unit-unit yang diproduksi dari harta itu harus meningkat
c.       Kualitas dari unit-unit yang diproduksi harus dipertinggi
Pengeluaran-pengeluaran yang tidak dapat meningkatkan manfaat masa depan daeri harta harus dicatat sebagai beban. Reparasi yang biasa adalah pengeluaran guna mempertahankan kondisi yang ada dari harta tersebut atau untuk mengembalikannya pada efisiensi operasi yang normal dan harus dicatat sebagai beban. Selain itu terkadang perusahaan perusahaan menetapkan jumlah batas kapitalisasi pada jumlah tertentu. Apabila biaya reparasi tersebut melebihi jumlah yang ditentukan maka perusahaan menambahkan jumlahnya pada aset tetap atau dikapitalisasikan. Sedangkan untuk jumlah yang kurang memenuhi batas yang ditentukan maka perusahaan dapat membebankan pada laporan laba rugi. Atas permasalahan pembebanan tersebut terdapat empat jenis pengeluaran besar yang berkaitan dengan aset perusahaan. Jenis-jenis pengeluaran utama tersebut adalah sebagai berikut;

  1. Penambahan atau perluasan dari aset yang ada
Penambahan didefinisikan sebagai penambahan atas jumlah aset tetap perusahaan. Penambahan aset tetap baru harus dikapitalisasikan pada aset tersebut karena suatu yang baru telah diciptakan. Contoh pada permasalahan ini adalah adanya penambahan gedung baru untuk meningkatkan kualitas, penambahan sistem penyejuk ruangan (Blower) bisa juga dikapitalisasikan kedalam gedung dan bangunan. Permasalahan dalam akuntansi terkait dengan penambahan dari aset apabila aset tersebut akibat struktur yang ada. Apakah biaya yang terjadi untuk membongkar dinding dari bangunan lama untuk membangun kamar baru merupakan biaya dari penambahan gedung baru ataukah beban rugi pada periode tersebut. Jawabannya adalah tergantung pada maksud semula. Jika perusahaan telah mengantisipasi bahwa penambahan tersebut akan dilaksanakan belakangan, maka biaya pembongkaran ini merupakan biaya yang layak bagi penambahan. Tetapi apabila perusahaan tidak mengantisipasi pengembangan, hal itu harus secara layak diakui sebagai kerugian dalam periode berjalan atas dasar perusahaan tidak efisien dalam perencanaannya. Biasanya biaya yang tercatat dari dinding lam masih ada di dalam perkiraann, meskipun secara teoritis jumlah tersebut harus dikeluarkan.

  1. Peningkatan dan penggantian
Peningkatan (Improvements) dan Penggantian adalah penukaran suatu harta untuk orang lain. Perbedaan untuk peningkatan dan penggantian adalah bahwa peningkatan adalah penggantian harta yang sekarang digunakan dengan harta lain yang lebih baik (Misal keramik diganti marmer). Sedangkan penggantian adalah mengganti barang dengan barang yang serupa (Lantai keramik dengan keramik). Seringkali peningkatan dan penggantian diakibatkan dari kebijakan umum untuk memodernisasi atau merehabilitasi gedung yang lebih tua  atau seperangkat tertentu. Masalahnya apakah pengeluaran ini berbeda dengan reparasi biasa, apakah pengeluaran ini meningkatkan potensi jasa di masa yang akan datang, atau apakah semata-mata mempertahankan tingkat jasa yang ada. Jawabannya adalah apabila penambahan tersebut dapat ditentukan bahwa pengeluaran tersebut menambah potensi jasa dimasa yang akan datang  oleh karena itu maka penambahan tersebut wajib diklasifikasikan. Atas permasalahan ini terdapat opsi cara untuk menyikapi transaksi tersebut, opsi tersebut dapat digunakan tergantung situasinya sebagai berikut.
-         Pendekatan subtitusi
Secara konseptual pendekatan subtitusi merupakan prosedur yang benar jika jumlah tercatat dari aset yang lama tersedia. Jika jumlah tercatat dari harta lama dapat ditentukan, maka cukup dengan menghapus harga pokok aset yang lama dan menggantikan dengan harga pokok yang baru. Permasalahannya adalah menentukan nilai buku dari harta yang lama. Pada umumnya dari suatu aset tertentu disusutkan dengan tarif penyusutan yang berbeda, tetapi tidak ada akuntansi terpisah yang dibuat. Sebagai contoh ban, bodi , dan mesin truk mempunyai masa penyusutan yang berbeda-beda tetapi perusahaan menyusutkan dengan nilai yang sama yaitu penyusutan truck.

-         Mengkapitalisasi harga pokok baru
Pertimbangan untuk mengkapitalisasikan harga pokok dari peningkatan atau penggantian adalah bahwa meskipun jumlah tercatat dari harta lam tidak dikeluarkan dari perkiraan, penyusutan yang mencukupi diperhitungkan atas pos tersebut untuk megurangi jumlah tercatat menjadi hampir nol. Walaupun asumsi ini belum tentu benar dalam setiap kasus, perbedaannya seringkali tidak berarti. Peningkatan biasanya ditangani dengan cara ini.

-         Dibebankan pada beban akumulasi penyusutan
Pada kasus tertentu kuantitas atau kualitas dari harta itu sendiri tidak dapat ditingkatkan, tapi umur kegunaannya tidak dapat ditingkatkan, tetapi umur kegunaannya dapat diperpanjang. Penggantian secara khusus juga dapat memperpanjang umur kegunaan aset, tetapi tidak dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas dari aset tersebut. Dalam situasi ini, pengeluaran atas biaya peningkatan nilai aset ini dapat sikapi dengan mendebet sejumlah biaya pada akun akumulasi penyusutan. Hal ini dilakukan atas dasar penambahan sejumlah biaya akan dapat digunakan untuk menambah umur tetapi tidak dapat menambah aset tetap tersebut, dengan demikian dapat diambil sikap mengurangi jumlah akumulasi penyusutan pada periode sebelumnya.

  1. Penyusunan kembali dan pemasangan kembali
Biaya penyusunan kembali dan pemasangan kembali yang merupakan pengeluaran yang dimaksudkan untuk mendapat manfaat pada periode-periode mendatang, berbeda dengan penambahan, penggantian dan peningkatan. Contoh pada permasalahan ini adalah penyusunan dan pemasangan kembali sekelompok mesin untuk mempermudah produksi di masa mendatang.

  1. Reparasi
Reparasi biasa adalah pengeluaran yang dilakukan untuk mempertahankan aset tetap dalam kondisi operasi, hal itu dimaksudkan sebegai beban dalam periode berjalan. Hal ini dikarenakan beban pada periode ini mengambil manfaat atas biaya yang dikeluarkan.  Namun pada saat tertentu terdapat reparasi besar yaitu reparasi yang memiliki jumlah material, dimana biaya yang dikeluarkan dapat memberikan manfaat untuk beberapa periode di masa yang akan datang.  

5.      Disposisi Aset Tetap
Aset tetap dapat ditarik secara sukarela, dilepas sebagai penjualan, pertukaran, konversi terpaksa, atau pembuangan. Pada saat perusahaan melaksanakan pelepasan atau disposisi aset tetap perusahaan harus memperhitungkan semua akun yang berkaitan dengan aset tetap dan kemudian semua perkiraan yang berkaitan dengan aset yang ditarik harus dihilangkan. Idealnya nilai buku dari aset tetap tertentu akan sama nilainya dengan pelepasannya, namun pada umumnya tidak demikian sehingga terjadi keuntungan dan kerugian. Munculnya proses perhitungan keuntungan dan kerugian disebabkan oleh perusahaan melakukan penyusutan sebagai estimasi biaya pada periode-periode yang ditentukan, perusahaan tidak menghitung nilai pasar dari aset tersebut. 

*Sandhi Idhar Rosydi, Resume Akuntansi Intermediate Kieso And Weagant. 1994. Bhinarupa Akhsara.

0 komentar: