Laporan keuangan
perusahaan publik dapat terbagi menjadi empat jenis laporan yaitu:
- Laba/Rugi
- Neraca
- Perubahan Ekuitas
- Arus Kas
- Catatan Atas Laporan Keuangan
1. Laporan Keuangan Laba/Rugi
Laporan laba rugi adalah laporan yang digunakan untuk mengukur keberhasilan
operasi perusahaan dalam periode tertetntu. Laporan laba rugi ini dapat
bermanfaat untuk menentukan tingkat profitabilitas perusahaan, kelayakan kredit
perusahaan, nilai investasi perusahaan.
Laporan keuangan laba rugi menjadi penting bagi perusahaan dikarenakan
beberapa hal sebagai berikut;
a. Laporan laba rugi membantu investor dan kreditor dalam meramalkan jumlah,
waktu, dan ketidakpastian dari arus kas di masa yang akan datang. Dengan meramalkan arus kas dimasa yang
akan dating dapat membantu investor dalam meramalkan jumlah arus kas dimasa
yang akan datang dengan akurat, dengan penilaian tersebut investor dan kreditor
dapat menen tukan nilai ekonomi perusahaan dan profitabilitas perusahaan.
b. Perhitungan Laporan Laba rugi membantu pemakai menentukan resiko (tingkat
ketidakpastian) dari tidak tercapainya arus kas tertentu.
Dalam akuntansi terdapat dua pendekatan dalam menyusun laporan keuangan
laba rugi pendekatan pertama adalah pendekatan ekuitas, yang kedua adalah
pendekatan transaksi. Pendekatan ekuitas menekankan pada pemeliharaan modal
yang dilakukan oleh perusahaan. Perusahaan menghitung laporan laba rugi
berdasarkan perubahan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Pendekatan yang kedua
adalah pendekatan transaksi, pendekatan ini dilakukan dengan mengumpulkan
transaksi selama periode tertentu kemudian mengklasifikasikan transaksi langkah
yang terakhir adalah membandingkan antara pendapatan dan biaya untuk menentukan
berapa tingkat laba yang dimiliki oleh perusahaan.
Perlu diperhatikan dalam pendekatan transaksi terdapat unsur-unsur dalam
laporan laba rugi sebagai berikut;
-
Pendapatan (Revenue)
Pendapatan didefinisikan sebagai arus kas masuk atau peningkatan lain atas
harta dari suatu kesatuan atau penyelesaian kewajiban selama suatu periode dari
penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa atau aktivitas lain yang
merupakan operasi pokok atau utama yang berkelanjutan dari kesatuan tersebut.
-
Beban (Expenses)
Beban (expenses) dapat didefinisikan
sebagai arus kas keluar atau penggunaan lain atas harta atau terjadinya
kewajiban selama suatu periode dari penyerahan atau produksi barang, pemberian
jasa, pelaksanaan aktivitas lain yang merupakan operasi pokok perusahaan yang
berkelanjutan dari subuah kesatuan tersebut.
-
Keuntungan (Gains)
Keuntungan (Gains) didefiniskan
sebagai kenaikan dalam ekuitas (harta bersih) dari transaksi sampingan atau
sekali-sekali dari suatu kesatuan kecuali yang dihasilkan dari pendapatan atau
investasi pemilik
-
Kerugian (Losses)
Kerugian (Losses) adalah
penurunan dalam ekuitas (harta bersih) dari transaksi sampingan atau
sekali-kali dari suatu kesatuan kecuali yang diakibatkan dari beban atau
pembagian kepada pemilik.
Pendekatan transaksi menekankan pada klasifikasi terhadap jenis beban
maupun pendapatan. Dalam penggunaan pendekatan transaksi perusahaan dapat
memilih dua format dalam menyusun laporan keuangan laba rugi format tersebut
adalah format langsung (Single step) dan format bertahap (Multiple Step). Dalam penggunaan format langsung (single step) perusahaan hanya
mengelompokan transaksi menajadi dua yaitu pendapatan dan beban. Beban
dikurangkan terhadap pendapatan untuk meperoleh laba atau rugi bersih. Ungkapan
bentuk langsung berasal dari pengurangan tunggal dari pendapatan dikurangi
beban pada laporan keuangan perusahaan. Namun untuk pajak penghasilan
seringkali dipisahkan dalam laporan keuangan perusahaan. Adapun contoh dari laporan keuangan model
langsung (single step) adalah sebagai
berikut:
Sandy Corporation
Laporan Laba/(Rugi)
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2012
|
|
- Pendapatan :
|
|
Penjualan Bersih
|
2.972.413
|
Pendapatan Deviden
|
98.500
|
Pendapatan Sewa
|
72.910
|
|
|
Jumlah
Pendapatan
|
3.143.823
|
|
|
- Beban
|
|
Harga Pokok Penjualan
|
1.982.541
|
Beban Penjualan
|
453.028
|
Beban Administrasi
|
350.771
|
Beban Bunga
|
126.060
|
Beban Pajak Penghasilan
|
66.934
|
|
|
Jumlah Beban
|
2.979.334
|
Laba Bersih
|
164.489
|
Laba Per Saham Biasa
|
1,74
|
Keuntungan utama dari format bentuk langsung terletak pada kesederhanaan
dalam penyajian dan tidak adanya implikasi bahwa jenis pos tertentu pembentuk
laporan keuangan laba rugi perusahaan mempunyai prioritas atas yang lainnya.
Format kedua yang digunakan dalam pendekatan transaksi adalah format bertahap
(Multiple Step). Format bertahap (Multiple Step) menjadikan informasi
laporan keuangan laba rugi menjadi lebih berguna hal ini dikarenakan laporan
keuangan rugi laba yang disusun menunjukan klasifikasi yang lebih lanjut.
Penggunaan format bertahap (Multiple Step)
memiliki ciri-ciri sebagai berikut;
-
Pemisahan
hasil operasi perusahaan yang diperoleh dari aktivitas sampingan atau bukan
operasi.
-
Klasifikasi
bebabn menurut fungsi, perdagangan, atau pabrikasi (harga pokok penjualan),
penjualan, dan administrasi.
Laporan keuangan format bertahap (Multiple
Step) dianjurkan oleh akuntan hal ini disebapkan oleh penggunaan format ini
mengakui pemisahan transaksi operasi dan bukan operasi serta mencocokan biaya
dan beban dengan pendapatan yang berkaitan dengannya. Adapun contoh bentuk
laporan keuangan format bertahap (Multiple
Step) adalah sebagai berikut:
Sandy Corporation
Laporan Laba/(Rugi)
Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2012
|
|
|
|
Penjualan
Bersih
|
2.972.413
|
Harga Pokok
Penjualan
|
1.982.541
|
Laba Kotor
|
989.872
|
|
|
Beban Penjualan
|
453.028
|
Beban
Administrasi
|
350.771
|
|
|
Laba Operasi
|
803.799
|
|
|
Pendapatan
(Beban) Lainnya
|
|
Pendapatan dan Keuntungan Lainnya
|
171.410
|
Beban Kerugian Lainnya
|
126.060
|
|
|
Jumlah Pendapatan (Beban) Lainnya
|
297.470
|
|
|
Laba Sebelum Pajak Penghasilan
|
231.423
|
|
|
Pajak Penghasilan
|
66.934
|
|
|
Laba Bersih Setelah Pajak Penghasilan
|
164.489
|
|
|
Laba Persaham
|
1,74
|
Laporan laba rugi telah berkembang, banyak kontroversi yang terjadi dalam
menyajikan laporan keuangan laba rugi tersebut. Banyak akuntansi berselisih
mengenai beberapa transaksi yang berpengaruh pada arus kas masa depan sehingga
menjadi bagian dari laporan laba rugim, tetapi pihak yang lain berpendapat hal
tersebut bukan merupakan bagian dari laporan laba rugi. Adapun topik-topik yang
menjadi perbincangan menarik adalah sebagai berikut;
a.
Operasi
yang dihentikan
b.
Pos-pos
Luar Biasa
c.
Keuntungan
atau kerugian yang tidak biasa
d.
Perubahan
prinsip akuntansi
e.
Perubahan
Estimasi Akuntansi
a. Operasi yang dihentikan
Salah satu jenis pos yang tidak biasa yang paling umum adalah pelepasan
suatu unit bisnis atau produk. Perhitungan rugi laba yang terpisah dalam
menghitung keuntungan ataupun kerugian dari unit bisnis atau produk yang
diberhentikan harus disajikan tersendiri. Untuk perusahaan yang akan melepas
unit tertentu perlu memisahkannya dalam laporan keuangan laba rugi hal ini
dikarenakan hasil-hasil operasi dari suatu segmen operasi telah atau akan
dilepas dilaporkan dalam kaitan keuntungan atau kerugian pelapasan yang
terpisah dengan operasi perusahaan.
Untuk memenuji syarat sebagai operasi yang dipisahkan sebagai syarat
operasi yang dihentikan, harta, hasil-hasil operasi, dan aktivitas segmen
bisnis harus dapat dibedakan dengan jelas secara fisik dan operasional, dari
harta , hasil operasi dan aktivitas lain dalam operasi tersebut.
Pelepasan harta-harta yang bersifat insidental dalam perkembangan bisnis
dari kesatuan tersebut tidak dianggap sebagai pelepasan suatu segmen bisnis. Adapun
pelepasan harta yang tidak memenuhi syarat sebagai pelepasan segmen suatu
bisnis adalah sebagai berikut;
- Pelepasan sebagian dari jalur bisnis
- Pengalihan aktivitas produksi atau
pemasaran untuk suatu jalur bisnis tertentu dari suatu lokasi ke lokasi yang
lain
- Phasing out dari suatu jenis produk atau
golongan jasa
- Perubahan lain akibat peningkatan
teknologi
b. Pos-pos Luar Biasa
Pos-pos luar biasa didefinisikan sebagai pos material yang memiliki
karakter yang berbeda dengan aktivitas khas bisnis tersebut, dan diharapkan
tidak berulang dan tidak akan menjadi faktor berulang dalam evaluasi proses
operasi yang biasa dilakukan oleh persarusahaan (Kieso;191).
Dengan definisi tersebut maka dapat diambil karakteristik dari pos luar
biasa adalah sebagai berikut:
- Sifatnya tidak biasa
Kejadian atau transaksi dasar tersebut harus memiliki tingkat abnormalitas
yang tinggi dan merupakan jenis yang jelas tidak berkaitan aktivitas operasi
perusahaan atau hanya insedental berkaitan dengan aktivitas operasional yang
khas bagi perusahaan dengan memperhatikan lingkungan tempat kesatuan operasi perusahaan.
- Kejadiannya tidak sering terjadi
Kejadian atau transaksi dasar ini harus merupakan aktivitas yang tidak
diharapkan untuk berulang dalam periode waktu yang dekat, dengan memperhatikan
tempat kesatuan tersebut beroperasi.
Pengklasifikasian sebuah transaksi menjadi pos luar biasa menjadi rumit
karena beberapa syarat harus dipenuhi untuk menjadi pos luar biasa. Berikut ini
beberapa hal transaksi yang tidak dapat dikategorikan sebagai transaksi luar
biasa:
- Penghapusan piutang, persediaan, peralatan
yang disewakan, biaya riset, biaya pengembangan yang ditangguhkan, harta yang
tidak berwujud lainnya
- Keuntungan atau kerugian dari pertukaran
atau penjabaan valuta asing termasuk berkaitan dengan devaluasi atau revaluasi
mata uang
- Keuntungan atau kerugian dari pelepasan
segmen atau bisnis
- Keuntungan atau kerugian lain dari
penjualan atau pelepasan kekayaan, pabrik atau peralatan yang digunakan dalam
perusahaan
- Pengaruh pemogokan, termasuk terhadap
pesaing atau pemasok utama
- Penyesuaian akrual kontrak jangka panjang
Pos-pos diatas bukan merupakan pos luar biasa dalam perusahaan hal ini
dikarenakan sifat dari kejadian tersebut adalah biasa dan dapat diharapkan
untuk berulang sebagai akibat dari penyesuaian dan pelanjutan aktivitas bisnis.
Transaksi menjadi bagian dari pos luar biasa apabila memenuhi syarat-syarat dan
ketentuan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan. Syarat transaksi
dapat dikatakan sebagai transaksi luar biasa apabila memenuhi beberapa syarat
antara lain hasil langsung dari bencana alam besar, expropriation, atau adanya larangan dalam peraturan
perundang-undangan.
c. Keuntungan atau kerugian yang tidak biasa
Kriteria yang membatasi keuntungan atau kerugian yang tidak biasa cukuplah
rumit. Akuntan atau pemakai laporan keuangan harus menelaah secara cermat
laporan keuangan perusahaan untuk mengklasifikasikan pos-pos yang tidak biasa
atau sering tetapi tidak keduanya. Contoh dari pos-pos ini adalah penghapusan
persediaan dan keuntungan serta kerugian dari fluktuasi valuta asing harus dicerminkan
dalam penentuan laba sebelum pos luar biasa. Jadi pos ini kadang kalanya
erlihat bersama dengan pendapatan, biaya dan beban normal yang berulang pada
perusahaan. Jika bagain dari keuntungan atau kerugian yang tidak biasa memunyai
nilai yang tidak material maka akan digabungkan dengan dengan pos lain di dalam
laporan keuangan tersebut. Namun apabila transaksi tersebut material maka harus
dipisahkan tersendiri yang merupakan bagian dari laporan keuangan.
d. Perubahan prinsip akuntansi
Perubahan dalam akuntansi seringkali terjadi dalam praktik akuntansi,
karena kejadian atau kondisi penting mungkin mash berselisih atau tidak pasti
dalam tanggal laporan keuangan. Salah satu bentuk perubahan akuntansi adalah
adanya koreksi atau penyesuaian dalam laporan keuangan perusahaan. Perubahan
akuntansi ini terjadi akibat adanya perubahan prinsip akutansi yang digunakan
oleh perusahaan. Contoh dari perubahan prinsip akuntansi ini adalah perubahan
penggunaan metode FIFO menjadi LIFO dalam menyajikan laporan keuangan perusahaan.
Atas perubahan ini terdapat pengaruh komulatif atas transaksi yang berpengaruh
pada perhitungan periode sebelumnya dan periode yang akan datang. Perubahan-perubahan
ini diakui dengan memasukan komulatif dengan perhitungan retroaktif perubahan
menggunakan prinsip akuntansi yang baru. Pengaruh terhadap laporan laba rugi
bersih dari peggunaan prinsip yang baru harus diungkapkan sebagai pos yang
terpisah sesudah pos luar biasa dalam perhitungan laporan laba atau rugi.
e. Perubahan estimasi akuntansi
Penyesuaian yang berasal dari penggunaan estimasi dalam akuntansi tidak
diklasifikasikan sebagai penyesuaian periode sebelumnya. Sehingga akan
digunakan dalam mementukan laba untuk periode berjalan dan periode masa depan
dan tidak dibebankan langsung pada laba ditahan atau laba periode berjalan.
2. Neraca
Terdapat tiga jenis Laporan keuangan dalam akuntansi finansial, laporan
keuangan pertama adalah laporan laba rugi, laporan neraca, catatan atas laporan
keuangan, arus kas dan perubahan ekuitas. Pembahasan pada bab ini kita fokuskan
pada laporan neraca perusahaan. Neraca merupakan laporan keuangan yang
diterbitkan perusahaan yang berisi posisi keuangan perusahaan baik menyajikan
aset perusahaan, liabilities perusahaan, dan ekuitas perusahan. Neraca memberikan
informasi tentang posisi keuangan perusahaan yang mencerminkan likuiditas,
solvabilitas, return on investmen dan masih banyak lagi fungsi dari laporan
keuangan neraca ini.
Likuiditas menggambarkan jumlah waktu yang
diperlukan untuk menggubah atau mengkonversi harta yang dimiliki oleh
perusahaan menjadi kas (Kieso; 1995;252) Atau kebanyakan orang menmberikan arti
bahwa liquiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayarkan utang yang
telah jatuh tempo.
Neraca mencerminkan flesibilitas perusahaan, dengan mengetahui fleksibitas
perusahaan maka steakholder dapat menilai tentang perusahaan tersebut. Fleksibilitas keuangan didefinisikan
sebagai kemampuan suatu perusahaan untuk mengambil tindakan efektif guna
mengubah jumlah dan arus kas sehingga perusahaan dapat tanggap terhadap
kebutuhan dan peluang yang tidak terduga (Kieso; 1995;252)
Laporan keuangan neraca sangat bermanfaat bagi perusahaan namun tidak
berarti laporan keuangan neraca tidak memiliki kekurangan sama sekali, terdapat
kekurangan yang mendasar dari laporan keuangan neraca ini. Salah satu yang
sangat penting adalah necara tidak
mencerminkan nilai masa berjalan karena pembuat atau akuntan yang telah
menyusun laporan keuangan tidak menggunakan prinsip biaya sekarang tetapi
menggunakan prinsip biaya historis. Akibatnya terdapat beberapa aset perusahaan
dan hutang perusahaan disajikan dalam nilai historis perusahaan yang tidak
sesuai dengan nilai pasar. Keterbatasan lain dari neraca adalah dalam menyusun
laporan keuangan perusahaan maka penyusun mempertimbangkan
dan menggunakan estimasi yang telah ditentukan. Salah satu contoh untuk
permasalahan ini dalah ketertagihan piutang, penjadwalan persediaan dan umur
kegunaan harta jangka panjang, dan harta tak berwujud lainnya menggunakan
pertimbangan dari kebijakan akuntansi dan estimasi yang digunakan untuk menilai
dari nilai yang dimiliki perusahaan. Laporan keuangan juga tidak menyajikan
nilai-nilai yang sulit diukur dalam laporan keuangan tetapi penting bagi
perusahaan. Nilai-nilai tersebut misalnya adalah keberadaan sumber daya
perusahaan. Sumber daya manusia bagi perusahaan penting namun tidak pernah
dinilai oleh perusahaan.
a.
Klasifikasi Neraca
§ Aset/Aktiva
Aset atau aktiva dapat didefinisikan sebagai kemungkinan keuntungan ekonomi
masa depan yang diperoleh atau dikendalikan kesatuan sebagai hasil transaksi
atau kejadian masa lalu (Kieso; 1995;255).
Aset atau harta perusahaan dapat diklasifikasikan lebih lanjut oleh
perusahaan. Secara umum harta atau aset perusahaan dapat diklasifikasikan
menjadi Aset Lancar dan Aset Tak Lancar.
Aset Lancar dapat didefiniseikan sebagai kas dan harta lain yang
diperkirakan dapat dikonversi menjadi uang kas, dijual atau dikonsumsi baik
dalam jangka satu tahun atau dalam siklus operasi perusahaan, mana yang lebih
panjang. Siklus Operasi adalah waktu rata-rata diantara akuisisi bahan
dan perlengkapan dan realisasi kas melalui penjualan produk untuk bahan dan
perlengkapan yang diperoleh. Siklus dalam operasi ini bergerak dari kas melalui
persediaan, produksi, penjualan, dan piutang kemudian kembali ke kas
perusahaan. Apabila perusahaan memiliki siklus operasi perusahaan kurang dari
satu tahun maka aset tersebut dimaksukan dalam klasifikasi aset lancar
perususahaan, tetapi apabila perusahaan memiliki aset yang siklus operasi perusahaan
melebihi satu tahun maka batas waktu operasi perusahaan inilah yang akan
dijadikan dasar.
Aset disajikan didalam laporan keuangan berdasarkan likuiditasnya. Likuiditas
seperti yang telah dijelaskan adalah kemampuan perusahaan untuk mengubah
sejumlah aset atau harta perusahaan menjadi kas. Adapun jenis klasifikasai lebih lanjut dari
aset lancar adalah kas dan setara kas, surat berharga, piutang, persediaan, dan
biaya dibayar dimuka. Pos-pos tidak dianggap kedalam aset lancar jika hal
tersebut tidak diharapkan menjadi kas atau direalisasi menjadi kas dalam jangka
waktu satu tahun atau satu siklus opersasi perusahaan, mana yang lebih panjang.
Terdapat beberapa kasus mengenai hal ini seperti kas perusahaan mungkin bukan
menjadi bagian dari kas perusahaan hal ini dikarenakan kas yang dimiliki
perusahaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelunasan hutang jangka
yang akan jatuh tempo.
Investasi jangka panjang merupakan investasi yang dilakukan lebih dari satu
tahun atau satu siklus operasi perusahaan. Investasi jangka panjang biasanya
terdiri dari beberapa hal berikut ini:
-
Investasi
dalam sekuritas
Contohnya investasi dalam obligasi, saham biasa, dan wesel jangka panjang
-
Investasi
dalam harta tetap berwujud
Contohnya tanah, mesin, peralatan gedung dan bangunan
-
Investasi
yang disisihkan dalam dan khusus
Contohnya dana pelunasan, dana pensiun, dana perluasan pabrik
-
Investasi
dalam anak perusahaan atau afiliasi
§ Kewajiban/Hutang
Kewajiban didefinisikan sebagai kemungkinan pengorbanan ekonomi di masa
depan yang diperoleh atau dikendalikan oleh kesatuan tertentu untuk mentransfer
harta atau memberikan jasa kepada kesatuan lain di masa depan sebagai akibat
dari transaksi atau kejadian dimasa lalu.
Kewajiban dapat diklasifikan menjadi dua klasifikasi umum yaitu kewajiban
jangka pendek (Lancar) dan kewajiban jangka panjang (Kewajiban tak Lancar). Kewajiban lancar (current liabilities) didefinisikan sebagai kewajiban yang
diperkirakan dapat dilikuidasi baik melalui penggunaan harta lancar maupun
dengan kewajiban lancar dan kewajiban jangka panjang lainnya. Kewajiban lancar
ini mencakup beberapa hal sebagai berikut;
-
hutang
merupakan kewajiban yang diperoleh atau berasal dari perolehan barang dan jasa
contohnya adalah hutang dagang, hutang upah, hutang pajak dll.
-
Tagihan
yang diterima dimuka untuk penyerhan barang atau jasa atau pemberian jasa
contohnya adalah pendapatan sewa diterima dimuka atau pendapatan pelanggan
diterima dimuka.
-
Kewajiban
lain dimana likudasinya terjadi dalam siklus operasi perusahaan
contohnya adalah bagian dari obligasi perusahaan yang harus dibayarkan pada
periode berjalan, atau kewajiban jangka pendek yang berasal dari pembelian
peralatan.
Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang diperkirakan secara layak
tidak akan dilikuidasi dalam siklus operasi normal, tetapi akan dibayarkan pada
suatu tanggal di luar waktu tersebut. Pada umumnya kewajiban jangka panjang
terdiri dari beberapa hal sebagai berikut;
-
Kewajiban
yang berasal dari situasi keuangan yang spesifik misal penerbitan obligasi,
kewajiban lease jangka panjang, wesel bayar jangka panjang.
-
Kewajiban
yang berasal dari operasi biasa perusahaan bersangkutan seperti kewajiban
pensiun dan kewajiban pajak yang ditangguhkan.
-
Kewajiban
yang tergantung pada terjadi atau tidak terjadinya suatu kejadian atau lebih di
masa depan untuk meneguhkan jumlah yang harus dibayar, siapa yang harus
dibayar, tanggal pembayaran. Seperti jaminan jasa dan kotinjensi lainnya.
§ Ekuitas
Ekuitas didefinisikan sebagai hak tersisa dalam harta suatu kesatuan yang
tetap tinggal ada atau setelah dikungkan dengan kewajiban perusahaan, ekuitas
adalah hak kepemilikan.
b. Informasi Tambahan dalam Laporan Keuangan
§ Kontijensi
Kontijensi dapat diartikan sebagai kejadian-kejadian besar yang berakibat
yang tidak pasti. Kejadian kotijensi dapat dibedakan menjadi dua secara garis
besar yaitu kontinjensi keuntungan dan kontinjensi kerugian. Kontinjensi keuntungan adalah klaim
atau hak untuk menerima harta (atau mengurahi hutang) yang keberadaannya tidak
pasti tetapi pada akhirnya bisa menjadi sah. Beberapa bentuk kotinjensi umum
adalah sebagai berikut;
-
Kemungkinan
penerimaan uang dari hadiah, donasi, bonus, dll
-
Kemungkinan
pengembalian dari pemerintah dalam hal perselisihan pajak
-
Kasus
perkara pengadilan dimana kemungkinan hasilnya menguntungkan
Kebijakan akuntansi memang cenderung konservatif dalam menerapkan setiap
kejadian ekonomi terlebih untuk transaksi kontinjensi keuntungan standar
mengakui bahwa penerapan prinsip akuntansi yang konservatif perlu diterapkan,
dalam hal ini akuntan menyepakati bahwa kontinjensi tidak dicatat dan
diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan apabila kejadian kontinjensi
tersebut memiliki probabilitas yang tinggi akan menjadi nyata.
Kontinjensi berikutnya mensyaratkan bahwa taksiran kerugian dari
kontijensi diakui dengan membebankan ke perkiraan beban dan pencatatan pada
kewajiban kontinjensi atau harta apabila perusahaan mempunyai kondisi sebagai
berikut;
-
Informasi
yang tersedia sebelum penerbitan laporan keuangan menunjukan bahwa adalah mungkin
bahwa suatu harta berkurang nilainya atau suatu kewajiban telah terjadi pada
tanggal neraca
-
Jumah
kerugian dapat diestimasi dengan layak
§ Penilaian dan Kebijakan Akuntansi
Perusahaan dalam menyajikan laporan keuangan direkomendasikan untuk
menyajikan semua prinsip dan metode akuntansi yang penting yang melibatkan
pemilihan diantara alternatif yang ada atau kas diantara usaha bagi industri
tertentu. Penilaian dalam akuntansi menggunakan beberapa prinsip yang
berbeda-beda untuk itu penilaian perlu disajikan di awal sebelum menyajikan
laporan keuangan. Kebijakan akuntansi juga demikan berbagai macam metode dan
bentuk dari kebijakan akuntansi inilah yang berbeda-beda untuk meberikan
penilaian terhadap laporan keuangan maka steakholder perlu untuk memperhatikan
kebijakan akuntansi dalam menyusun laporan keuangan.
§ Situasi Kontraktual
§ Pengungkapan Sesudah Tanggal Neraca (Post
Balance Sheet Events or Subsequent Event)
Kejadian setelah tanggal neraca harus diungkap di dalam neraca.
Pengungkapan ini berkaitan dengan pengambilan keputusan terlenih informasi yang
disajikan dalam laporan keuangan bersifat material. Dua jenis transaksi yang
diungkap dalam laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Informasi tersebut memiliki dampak yang material terhadap laporan keuangan
Unturk informasi yang memiliki
dampak yang metarial terhadap laporan keuangan ini terdiri dari transaksi yang
kejadiannya memberikan bukti tambahan mengenai kondisi pada tanggal neraca
tertentu. Kondisi ini mempengaruhi estimasi yang dilakukan dalam menyusun
laporan keuangan perusahaan dan oleh karenanya memerlukan penyesuaian. Atas informasi setelah tanggal neraca
tersebut, akuntan harus melakukan evaluasi terhadap estimasi-estimasi yang
dilakukan entitas dalam menyajikan laporan keuangan. Pada posisi akuntan
menekankan pada informasi yang seharusnya telah dicatat oleh perusahaan dalam
perkiraan dalam laporan keuangan. Informasi harus dicatatat dalam laporan
keuangan perusahaan apabila tidak dicatat maka laporan keuangan akan kehilangan
ketepatan dalam penyusunan laporan keuangan. Misal dalam teks ini pengakuan
kewajiban setelah tanggal neraca atau piutang yang telah mencapai puncak pada
tanggal neraca perusahaan.
b. Informasi tersebut merupakan bagian dari pertimbangan dalam mentafsir
laporan keuangan perusahaan.
Kondisi kedua ini menjelaskan bahwa kejadian-kejadian yang memberikan bukti
mengenai kondisi-kondisi yang tidak ada dalam laporan keuangan tetapi timbul
pada tanggal periode pencatatan laporan keuangan dan tidak perlu melakukan
penyesuaian dalam laporan keuangan perusahaan. Atas kejadian tersebut harus
diungkap dalam laporan keuangan perusahaan agar laporan keuangan tidak sesat
bebas dari salah saji yang material. Pengungkapan ini dapat beruapa catatan,
sekedul tambahan, atau catatan pro performa dalam laporan keuangan perusahaan
seoalh-olah transaksi tersebut terjadi pada tanggal Neraca. Beberapa Transaksi
yang menjadi bagian dari transaksi yang perlu dijelaskan pada tanggal neraca
adalah sebagai berikut;
- Penjualan obligasi atau saham modal
- Penundaan atau pemberlakuan penggabungan
usaha
- Penyelesaian perkara pengadilan manakala
kejadian yang terjadi tersebut menimbulkan klaim sesudah tanggal neraca
- Kerugian atau piutang akibat dari
kondisi-kondisi yang timbul setelah tanggal neraca
- Keuntungan atau kerugian atas surat
berharga tertentu
3. Arus Kas
Laporan arus kas menunjukan sejumlah kas masuk dan keluar dalam aktivitas
perusahaan. Laporan arus kas bertujuan untuk memberikan informasi yang relevan
mengenai penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan selama satu periode. Laporan
arus kas menyajikan laporan arus kas masuk dari aktivitas operasi, investasi,
dan pendanaan.
Daftar Pustaka
Kieso, weagent. 1994. Akuntansi Intermediate. Binaaksara. Jakarta
*) dirangkum dari Buku Akuntansi Intermediate oleh Sandhi Idhar Rosydi
2 komentar:
kita juga punya nih jurnal mengenai laba dan rugi perusahaan, silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya http://repository.gunadarma.ac.id/bitstream/123456789/3468/1/JURNAL%20_21205189__2.pdf
semoga bermanfaat yaa :)
Trimakasih, Atas pesan yang disampaikan.
Posting Komentar