12.28.2011

Analisis Laporan Keuangan Perusahaan (aktivitas investasi pada persediaan perusahaan)

Persediaan

Persediaan (inventory) merupakan barang yang dijual dalam aktivitas operasi perusahaan. Penting bagi perusahaan untuk menganalisis tentang persediaan baik perhitungan persediaan, metode pengumpulan persediaan, atau penilaian persediaan.

Untuk perhitungan persediaan menggunankan metode full costing atau variable costing.

Perhitung persediaan menjadikan siklus tersendiri dalam aktivitas investasi dan operasi perusahaan. Dampak persediaan berpengaruh pada posisi keuangan perusahaan hal ini terkait dengan bagaimana perusahaan menilai adanya persediaan ini. Setelah persediaan yang ada dalam perusahaan digunakan dalam proses produksi atau proses pedagangan untuk perusahaan jasa sehingga mampu menghasilkan penjualan maka perusahaan dapat mengeluarkan persediaan menjadi harga pokok penjualan yang memberikan pengaruh terhadap harga pokok penjualan di dalam Laba rugi sebagai pengurang pendapatan. 

Adapun jurnal yang berkaitan dengan peprsediaan adalah sebagai berikut;






No

Keterangan
Ref
Debet
Kredit






1
Persediaan

Rp xxx,-



Kas


Rp xxx,-







(Jurnal untuk mencatat pembelian secara kredit)















2
Persediaan

Rp xxx,-



Utang usaha


Rp xxx,-







(Jurnal untuk mencatat pembelian secara krefit)















3
Harga Pokok Penjualan

Rp xxx,-



Persediaan


Rp xxx,-







(Jurnal untuk mencatat harga pokok penjualan)
















Jumlah

Rp xxx,-
Rp xxx,-














Untuk perhitungan akumulasi biaya persediaan menggunakan tiga metode yaitu menggunakan metode LIFO, FIFO dan Biaya rata-rata.

Untuk mennyamakan perhitungan persediaan maka dapat diberikan satu contoh sebagai berikut;
Persediaan tanggal 1 Januari 2011 sebesar 40 Unit @Rp 500 = Rp 20.000,-
Pembelian persediaan tahun berjalan 60 Unit @ Rp 600         = Rp 36.000,-
Harga pokok barang yang tersedia untuk dijual adalah sebesar  Rp 56.000,-
Apabila perusahaan telah melakukan penjualan sejumlah 30 unit @ Rp 800 maka akan menghasilkan penjualan sebesar Rp 24.000,-

Penggunaan metode tersebut berpengaruh terhadap laporan keungan perusahaan baik pada posisi keuangan perusahaan (Neraca) maupun pada laporan hasil operasi perusahaan (laporan laba rugi).
Untuk pembahasannnya sebagai berikut;

1.      Metode FIFO (First in First Out)
Metode ini mengasumsikan bahwa barang yang petama kali dibeli merupakan barang yang pertama kali dijual. Dengan menggunakan metode ini maka dapat diketahui laba kotor perusahaan adalah sebagai berikut;
Penjualan                                                                      Rp 24.000,-
Harga Pokok Penjualan (30@Rp500,-)                        Rp 15.000,-
Laba kotor                                                                   Rp   9.000,-

Jika dibandingkan dengan metode yang lain pengunaan metode ini mampu menghasilkan tingkat laba yang lebih tinggi memberikan pengaruh terhadap laporan laba rugi perusahaan. Namun yang menjadi perhatian adalah dengan menggunakan metode ini tidak memperhatikan factor kenaikan harga perusahaan.

2.      Metode LIFO (Last In First Out)
Metode pengumpulan biaya menggunakan LIFO mengasumsikan  bahwa barang yang dibeli paling akhir dikeluarkan pertama. Penggunaan metode ini diperjelas pada contoh-contoh berikut ini;
Penjualan                                                                      Rp 24.000,-
Harga Pokok Penjualan (30@Rp600,-)                        Rp 18.000,-
Laba kotor                                                                   Rp   6.000,-
     
Dengan menggunakan metode pengumpulan harga menjadikan harga pokok penjualan sesuai dengan tingkat harga saat ini, mempeprhitungkan inflasi akibatnya perusahaan mengalami peningkatan nilai harga pokok penjualan di banding menggunakan metode yang lain.

3.      Metode Biaya rata-rata (Avarage cost)
Metode ini mencoba menghilangkan harga masuk dan keluar persediaan, metode ini menggunakan rata-rata tertimbang terhadap barang yang dibeli.
Penjualan                                                                      Rp 24.000,-
Harga Pokok Penjualan (30@Rp560,-)                        Rp 16.800,-
Laba kotor                                                                   Rp   7.200,-

Apa kita merangkum perhitungan laba kotor perusahaan adalah sebagai berikut;

Keterangan
FIFO
LIFO
AVERAGE




Penjualan
          24.000,00
          24.000,00
          24.000,00




Harga Pokok Penjualan
          15.000,00
          18.000,00
          16.800,00




Laba Kotor
           9.000,00
           6.000,00
           7.200,00









Perhitungan laba kotor menggunakan metode pengumpulan harga pokok penjulan menggunakan metode LIFO memiliki tingkat laba yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan LIFO menggunakan biaya persediaan yang lebih rendah dari nilai persediaan yang ada. Pada tingkat harga yang meningkat memang FIFO memiliki kecenderungan peningkatan laba yang lebih tinggi dari pada metode yang lainnya.

Hal ini sering dinyatakan sebagai keuntungan fiktif dari penggunaan metode FIFO hal ini dikarenakan sebenarnya perhitungan laba ekonomi merupakan penjumlahan dari dua komponen yaitu komponen laba ekonomi dan laba kepemilikan.

Laba ekonomi merupakan laba atas penjualan yang dilakukan oleh perusahaan dikaitkan dengan biaya persediaan yang dibutuhkan untuk menghasilkan barnag tersebut. Harga persediaan yang diberikan adalah harga terkini dari nilai persediaan yang ada dalam perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan sebagai berikut;
Laba ekonomi = 30 Unit x (800-600) = Rp 6.000,-

Laba kepemilikan merupakan kenaikan pada biaya penggantian karena persediaan yang dimiliki. Untuk lebih mudahnya perhitungan kenaikan nilai persediaan dihitung dengan menggunakan mengkalikan nit yang terjual dengan selisih harga antara pembelian awal dan harga pembelian akhir.
Laba kepemilikan = 30 unit x (600-500) = Rp 3.000,-

Dapat diambil kesimpulan dari laba kotor Rp 9.000,- sebesar Rp 3.000,- merupakan keuntungan inflasi yang diperoleh oleh perusahaan dari kepemilikan persediaan yang memiliki tingkat harga lebih tinggi dari pada saat perolehannya.

Laba kepemilikan merupakan fungsi dari perputaran aset (dalam hal ini adalah persediaan) dan tingkat inflasi. Namun yang perlu menjadi perhatian pada perhitungan ini adalah pada tingkat inflasi yang lebih rendah, atau penurunan nilai persediaan maka akan menjadi laba kepemilikan ini perlu untuk dikoreksi.

Keuntungan atas laba kepemilikan telah lama hilang pada dekade ini dikarenakan oleh pengawasan manajemen yang relatif lebih baik serta pengendalian manajemen terkait dengan persediaan juga lebih baik yang menyebabkan laba kememilikan ini menjadi hilang.

Perlu untuk diingan untuk negara yang memiliki tingkat inflasi yang tinggi, keuntungan yang digunakan dengan menggunakan perhitungan FIFO masih menjadi masalah tersendiri.

”Analisis Persediaan- Menggunakan Persediaan sebagai bahan prediksi laba perusahaan”
Pertanyan mendasar untuk hal ini adalah dapatkah perusahaan menggunakan tingkat persediaan untuk memprediksi penjualan dan laba pada masa depan?. Dipandang dari perspektif peningkatan persediaan merupakan ungkapan harapan manajer akan meningkatkan penjualan. Akan tetapi apabila kita memandang dari perspektif yang lain peningkatan persediaan merupakan indikator penurunan penjualan yang tidak diharapkan. Penelitian analisis menunjukan bahwa interpretasi  perubahan tingkat persediaan harus dilakukan secara hati-hati meskipun industri dan tingkat persediaan yang ada merupakan kelompok sejenis.

Untuk perusahaan manufaktur, peningkatan persediaan barang jadi merupakan prediksi peningkatan penjualan tetapi disertai dengan penurunan laba. Hal ini dikarenakan ketika terjadi kenaikan persediaan maka perusahaan akan berusaha untuk meningkatkan penjualan yang dilakukan dengan mengurangi margin laba atau pengurangan harga. Pada periode ini penurunan nilai laba perusahaan, dan prediksi penjualan dan laba perusahaan pada masa yang akan datang akan mengalami penurunan pada posisi normalnya atau dapat dikatakan laba belum pulih sepenuhnya.
Berbeda kondisis jika terjadi kanaikan pada peningkatan persediaan bahan mentah atau baha setengah jadi merupakan indikator peningkatan laba.

A.     Dampak persediaan pada Neraca dan Laba Rugi
Dampak persediaan pada neraca, merupakan analisis lebih lanjut dari metode pengumpulan harga pokok produksi. Untuk tingkat harga yang meningkat penggunaan metode harga FIFO tidak akan menjadi masalah. Namun untuk penggunaan metode pengumpulan persediaan menggunakan metode LIFO akan menjadi masalah. Masalah dikarenakan dengan LIFO tidak menyajikan persediaan akhir yang sesuai dengan penggantiaannya. Hal ini dikarenakan persediaan akhir merupakan nilai persediaan dengan menggunakan nilai persediaan pada tingkat harga awal. Ketika harga meningkat apabila LIFO tidak menyesuaikan harga pada persediaan akhirnya maka penggunaan LIFO kurang mencerminkan nilai penggantian persediaan awal dengan harga pasar.
Dampak lain dari penggunaan pengumpulan harga pokok penjualan adalah pegaruh pada arus kas. Pada tingkat harga yang tinggi Penggunaan metode LIFO akan menyajikan harga pokok persediaan atau laba rugi yang telah sesuai dengan penggantian persediaan. Namun akan menjadi masalah pada menggunaan metode pengumpulan harga pokok penjualan menggunakan metode FIFO akan menghadapi kondisi yang dilema. Penggunaan metode pengumpulan harga pokok penjualan menggunakan metode FIFO akan menyebapkan peningkatan laba perusahaan hal ini dikarenakan pada tingkat harga yang meningkat perusahaan masih menggunakan metode persediaan dengan tingkat harga yang lebih lamma dengan nilai yang lebih rendah dari harga pasar. Hal ini menyebabkan perusahaan akan melaporkan laba dengan tingkat tinggi, yang menyebakan pembayaran pajak yang lebih tinggi pula. Pada tingkat harga yang lebih tinggi perusahaan mungkin akan mengalami kesulitan likuiditas. Hal ini dikarenakan perusahaan akan mengalami permasalahan dengan membayar pajak yang lebih tinggi. Selain itu dengan penggunaan tingkat harga yang lama tidak mencerminkan penggantian persediaan pada masa kini. Pada posisi ini perusahaan akan mengalami masalah terlebih masalah likuiditasnya. Dengan arus kas yang masih sama, dan peningkatan harga pembelian menyebabkan perusahaan gagal mendapatkan persediaan pada masa sekarang. Dengan tingkat harga yang meningkat perlu mempertikan kemampuan persediaan membeli bahan baku pada masa yang akan datang.

B.     Restatement Penilaian Persediaan
Penggunaan metode pengumpulan harga pokok penjualan perusahaan memang memerlukan konsistensi dalam penerapannya. Terdapat kasus yang mungkin muncul yaitu penghentian operasi atau pengurangan persediaan. Pada tingkat harga yang meningkat pada perusahaan yang menggunakan metode FIFO tidak akan menjadi masalah. Hal ini dikarenakan tingkatan harga yang digunakan adalah lapis pertama yang dikeluarkan perusahaan. Dengan demikian persediaan yang dihasilkan pada akhir yang tercantum pada neraca merupakan nilai persediaan yang sesuai dengan harga pasar.
Permasalahan akan menjadi lain apabila perusahaan menerapkan metode LIFO. LIFO menjadikan lapisan terakhir yang keluar pertama, sehingga setiap laba rugi yang dikeluarga sesuai dengan tingkat harga saat ini. Akan menjadi masalah apabila perusahaan melakukan penghentian atau pengurangan persediaan. Pengurangan ini akan berakibat pada peningkatan Laba perusahaan. Peningkatan laba perusahaan ini dikarenakan tingkat harga dari persediaan adalah tingkat harga pada lapis bawah sedangkan untuk barang dengan kondisi harga barang semakin meningkat menyebabkan harga penggantian atau penghapusan persediaan tidak sesuai dengan saat ini. Yang berakibat pada peningkatan nilai laba pada perusahaan.Namun pada tingkat harga yang semakin menurun menyebabkan perusahaan mengalami penurunan laba.  
Permasalahan lain dari perusahaan adalah ketika perusahaan melakukan analisis terkait dengan metode pengumpulan harga pokok penjualan. Hal ini terkait dengan Laba rugi ataupun perkiraan neraca atau laporan posisi keuangan perusahaan. Pada penggunaan metode pengumpulan laba rugi menggunakan metode pengumpulan hagra pokok penjualan menggunakan metode FIFO akan terdapat masalah pada laporan laba ruginya, tidak terdapat masalah pada laporan posisi keuangan. Hal ini dikarenakan penggunaan metode FIFO akan menyajikan laba usaha dan laba kepemilikan. Laba usaha berkaitan dengan usaha yang dilakukan. Laba kepemilikan berkaitan dengan peningkatan harga (atau inflasi) atas nilai persediaan yang dimiliki oleh perusahaan.
Pada penggunaan metode LIFO tidak akan mendapatkan masalah pda saat melaporkan laba rugi hal ini dikarenakan tingkat harga pada harga pokok penjualan yang digunakan telah sesuai dengan harga pasar. Permasalahan terletak pada penilaian persediaan pada laporan posisi keuangan. Penilaian harga pada laporan posisi keuangan dinilai dari persediaan awal. Sehingga nilai persediaan awal perusahaan menjadi lebih rendah dari harga persediaan yang ada di dalam pasar.
a.      Penyajian kembali (Restatement) Analisis dari LIFO ke FIFO
Jika perusahaan menghendaki penilaian pengumpulan harga pokok penjualan menggunakan metode LIFO untuk laporan laba rugi tidak memerlukan penyesuaian. Hal ini dikarenakan laba rugi yang disajikan dalam laporan keuangan telah sesuai dengan kondisi harga pasar. Namun untuk penyajian laporan posisi keuangan terlebih untuk pos persediaan dalam neraca penggunaan metode LIFO akan menjadi masalah. Permasalahan disebabkan oleh penyajian persediaan disajikan dibawah nilai wajar. Untuk itu analis perlu melakukan penyesuaian.
Penyesuaian dikarenakan akibat penyajian persediaan terlalu kecil menjadikan rasio lancar (current ratio) atau rasio perputaran persediaan (Inventory trunover) tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Permasalahan tersebut terkait dengan akibat perusahaan melaporkan nilai persediaan terlalu rendah dari posisi yang sebenarnya, hal ini berakibat pada penilaian rasio lancar yang terlalu rendah yang mencerminkan rasio liquiditas yang terlalu rendah pula. Selain itu penggunaan metode ini menyebabkan perputaran perusahaan menjadi lebih tinggi. Dengan demikian menyebabkan perusahaan memungkinkan adanya manajemen laba.
Untuk kondisi tersebut perlu dilakukan analisis penyesuaian nilai persediaan agar pro perform. Penyesuaian ini dapat dilakukan dengan mengasumsikan FIFO. Maksud dari penggunaan pengasumsian FIFO adalah menghitung seslisih persediaan dengan nilai kini dan nilai FIFO. Penyesuaian perusahaan dimungkinkan jika perusahaan mampu mengungkapkan seslisih biaya kini atas biaya yang dihitung dengan menggunakan metode LIFO atau akan kita sebut sebagai cadangan LIFO.  Adapun penyesuaiannya adalah sebagai berikut;
Penyesuaian pertama adalah mengenai nilai persediaan. Nilai persediaan disesuaikan dengan menjumlah persediaan yang dilaporkan dengan cadangan LIFO, atas penambahan ini akan berpengaruh pada persediaan akhir perusahaan yang menyebabkan nilai harga pokok produksi menjadi rendah dan menyebabkan laba menjadi lebih tinggi. Atas tersebut akan berpengaruh terhadap kenaikan laba perusahaan. Oleh karena itu pajak penghasilan merupakan penyesuaian atas perubahan nilai persediaan ini. Penyesuaian kedua adalah penilaian pajak penghasilan. Pertambahan pajak penghasilan atau biasa kita sebut dengan pertambahan pajak tangguhan atas kenaikan nilai persediaan. Perhitungan pertambahan nilai kewajiban pajak pajak tangguhan diperoleh dengan mengkalikan tarif pajak dengan jumlah cadangan LIFO yang telah ditentukan. Pada penyesuaian LIFO akan berpengaruh pada laba perusahaan sebagai akibat bertambahnya persediaan akhir perusahaan, yang mengakibatkan HPP perusahaan menjadi lebih rendah yang berakibat naiknya laba perusahaan. Oleh karena itu diperlukan penyesuaian ketiga adalah penyesuaian laba periode berjalan. Penyesuaian laba periode berjalan dapat dilakukan dengan cara menjumlahkan laba ditahan peridoe berjalan (atau alab yang dilaporkan) dengan cadangan lifo yang dibentuk yang dikalikan terlebih dahudu dengan pengurangan atas pajak penghasilan.

Adapun penyesuaian akan di ringkas sebagai berikut;
1.      Penyesuaian persediaan
Persediaan= Persediaan Akhir LIFO + Cadangan LIFO
2.      Penyesuaian kewajiban pajak tangguhan
Pertambahan pajak = Cadangan LIFo x Tarif Pajak
3.      Penyesuaian laba ditahan
Laba = Laba dilaporkan + Cadangan LIFOx(1-Tarif Pajak)

b.      Penyajian kembali (Restatement) Analisis dari FIFO ke LIFO
Analsis untuk menyajikan kembali dari FIFO ke LIFO meruapakan hal penting. Untuk laporan posisi keuangan penggunaan metode FIFO tidak menjadi masalah. Permasalahan terletak pada laporan laba rugi yang dihasilkan perusahaan. Hal ini dikarenakan untuk tingkat harga yang semakin meningkat perusahaan juga melaporkan laba atas kepemilikan perusahaan yang bersumber dari perubahan harga persediaan. Seperti yang dibahas pada pembahasan sebelumnya bahwa laba FIFO merupakan penjumlahan dari laba perusahaan dan laba kepemilikan. Pada tingkat lini harga dengan inflasi sebesar r maka dapat kita menghitung laba kememilikan sebesar persediaan awal dikalikan dengan jumlah inflasi (Pa x r). Maka dapat diketaui HPP LIFO adalah HPP FIFO dijumlah dengan (PA+r). Namun perlu diketahui nilai dari inflasi sebesar r adalah bukan nilai pada indeks harga tetapi merupakan nilai perubahan nilai persediaan. Jumlah inflasi sebesar r dapat diketahui melalui
R = Perubahan cadangan LIFO : Persediaan FIFO di awal tahun.


C.     Penilaian persediaan (Biaya Perolehan atau nilai pasar, atau mana yang lebih rendah dar keduanya
Prinsip akuntansi yang berlaku umum untuk persediaan adalah menilai persediaan pada biaya perolehan atau nilai pasar, mana yang lebih rendah (lower of cost or marjet-LOCOM). Kalimat sederhana ini menyembuyikan kerumiatan dan keragaman alternatif  yang diusulkan. Konsep ini menjadikan jika harga pasar persediaan turun melabihi biaya perolehannya untuk alasan apapun termasuk dalam hal ini adalah keusangan, kerusakan, perubahan harga, maka harga persediaan diturunkan. Penurunan biaya ini akan mencerminkan kerugian pada periode berjalan. Karena peningkatan biaya menjadi harga pasar (Kecuali untuk menutupi kerugian hingga kembali pada biaya perolehan awal), maka penilaian persediaan ini menjadi konservatif.
Nilai atau harga pasar (market) dijabarkan sebagai biaya penggantian terkini melalui pembelian atau reproduksi. Meskipun demikian nilai pasar tidak boleh melebihi realisasi bersih atau kurang dari nilai realisasi bersih. Hal ini diperlukan untuk meyakinkan bahwa harga persediaan merupakan biaya penyelesaian dan penyerahan terkait dengan penjualan barang. 

0 komentar: